WahanaNews.co | Bagaimanakah caranya agar memiliki smart leadership atau kepemimpinan cerdas? Yuk, kita kenali lebih dalam tipe kepemimpinan dan juga tips praktis dalam memimpin sebuah organisasi agar Anda menjadi pemimpin yang mampu menerapkan smart leadership.
Menjadi bos atau pemimpin sebuah perusahaan (entah itu masih berupa startup atau perusahaan besar), tanggung jawab yang melekat tentu sangat berat.
Baca Juga:
Pemimpin Kota Sibolga Membimbing Pegawai Menuju Sukses
Tak selamanya tugas yang dikerjakan oleh seorang pemimpin atau bos begitu mudah.
Begitu banyak keputusan yang harus diambil setiap hari, setiap waktu, apalagi jika Anda memiliki tim yang harus Anda arahkan sesuai dengan tujuan dan target yang dituju oleh perusahaan.
Kepemimpinan menuntut waktu dan tenaga yang penuh namun bukan berarti harus selalu menetap di kantor untuk mengawasi setiap jalannya alur pekerjaan rutin di kantor.
Baca Juga:
Menteri PPPA Buka Acara PIARA GBKP di Sibolangit: Anak-Anak Calon Pemimpin Masa Depan Bangsa
Sebagai pemimpin yang baik, tentu Anda harus membimbing anggota tim atau karyawan Anda dalam melakukan tugas mereka sesuai dengan tanggung jawab mereka masing-masing.
Bagaimanakah cara agar dapat melakukan kepemimpinan yang cerdas sehingga perusahaan tetap dapat berjalan dengan baik tanpa kita harus selalu ada di kantor.
Pemimpin yang cerdas adalah mereka yang dapat memaksimalkan jam kerja dengan belajar untuk mendelegasikan, memprioritaskan dan juga berusaha untuk menyederhanakan sebuah tugas.
Mitos Pekerja Keras
Orang-orang yang duduk di posisi kepemimpinan cenderung menganggap keberhasilan dan nilai di tempat kerjanya diukur dari seberapa lama mereka bisa tetap ada di kantor (bahkan menambah jam lembur), atau berapa banyak waktu yang mereka habiskan di luar pekerjaan untuk menjawab email dan meninjau laporan.
Akibatnya, para pemimpin sering merasa stres dan “burn out” bahkan dari tugas yang kecil sekali pun.
Ada banyak alasan bahwa ketidakseimbangan kehidupan kerja ini tetap menjadi standar yang diterima bagi para pemimpin selama bertahun-tahun.
Budaya klasik di tempat kerja selalu mengatakan bahwa karyawan akan selalu berusaha untuk dianggap sebagai pekerja yang “gila” dalam mengesankan para atasannya.
“Pemimpin yang efektif tahu bagaimana menyelesaikan pekerjaan dengan jumlah waktu yang wajar dan menjaga kehidupan pribadi serta kesehatan mereka secara keseluruhan yang terintegrasi dengan baik dengan kehidupan kerja mereka.”
Demikian pula, Leigh Plunkett Tost, seorang profesor bisnis Universitas Michigan, dimana ia mencatat bahwa beberapa orang bekerja lebih lama alias kerja lembur untuk menunjukkan dedikasi dan komitmen yang nyata terhadap organisasinya.
Praktik ini dapat dengan cepat berubah menjadi kompetisi jika lingkungan kerja Anda menggunakan jam kantor sebagai barometer produktivitas.
Para pemimpin yang terlihat seperti “gila kerja” tampaknya tidak mengenali perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen.
Dr. John Alizor, penulis buku “Leadership: Understanding Theory, Style and Practice” (WestBow Press, 2013), telah menemukan bahwa hal ini adalah kesalahpahaman umum di antara para pemimpin.
Menurutnya, manajer berperan dalam mengendalikan aktivitas bisnis dan bekerja keras untuk terlibat dalam segala hal yang mereka bisa. Sedangkan tanggung jawab seorang pemimpin adalah memimpin.
Sebagai pemimpin, tanggung jawab utama Anda adalah membimbing dan mengawasi anggota atau karyawan Anda saat mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, bukan untuk melakukan semuanya sendiri.
“Dengan setiap tugas yang ada, tanyakan pada diri Anda apakah tugas itu benar-benar sesuatu yang hanya bisa Anda lakukan.”
Sadarilah bahwa tidak selamanya Anda menjadi orang terbaik yang dapat melakukan setiap tugas yang ada di kantor.
Ketika pemimpin bertindak seperti manajer, mereka sebetulnya sedang menumpuk pekerjaan yang tidak perlu ke atas meja mereka yang sebetulnya sudah penuh.
Selain itu, jika Anda bertindak demikian, Anda malah akan membuat diri Anda menjadi seorang micromanajer yang sombong karena berusaha melibatkan diri dan berpartisipasi dalam setiap tugas yang sebetulnya tidak perlu Anda lakukan.
“Tidak ada yang mau bekerja untuk sebuah organisasi di mana atasannya adalah seorang micromanager.”
Salah satu cara terbaik untuk melatih kepemimpinan cerdas adalah mendelegasikan tugas kepada setiap anggota tim Anda sehingga Anda dapat memfokuskan energi Anda pada tanggung jawab yang secara khusus Anda miliki.
Pada saat yang sama, penting untuk merencanakan dan memprioritaskan pekerjaan sehingga tim Anda dapat beroperasi semulus dan seefisien mungkin.
Disamping delegasi pasti bisa membuat Anda dan organisasi Anda jauh lebih produktif, para pemimpin harus belajar untuk berhati-hati dalam prosesnya.
Selain memastikan bahwa Anda memiliki orang-orang yang kompeten di tim Anda, penting juga untuk mengalokasikan pekerjaan dengan cara yang memberdayakan orang lain untuk melakukan yang terbaik dan memainkan peran mereka sebagai pemimpin.
Memiliki kekuatan untuk mendelegasikan dapat membuat pola pikir yang dominan dalam pemimpin, yang dapat menyebabkan mereka melupakan bahwa peran kepemimpinan yang paling penting adalah memfasilitasi kinerja tim secara keseluruhan.
Sebelum Anda mulai mendelegasikan dan menyelesaikan tugas, luangkan waktu Anda untuk membangun kekuatan dan semangat tim Anda.
Bawahan Anda (anggota tim) harus merasa aman untuk berkontribusi dalam perusahaan. Anda harus mengetahui peran dan harapan mereka, saling percaya untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik dan memanfaatkan kekuatan sinergi kelompok untuk membuat mereka merasa lebih mampu dalam melakukan pekerjaan tim mereka.
Para pemimpin sering takut menemukan cara terpendek dan paling sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan lebih baik.
Ini bisa jadi karena mereka selalu berpikir untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan lebih cepat sehingga membuatnya tampak seperti tidak bekerja cukup keras, atau karena hal itu selalu dilakukan dengan cara tertentu di masa lalu.
Terlepas dari alasan mereka, menghabiskan terlalu banyak waktu untuk sebuah proyek bisa jauh lebih buruk dalam waktu jangka panjang.
Hukum ini berbanding terbalik, di mana semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk menyelesaikan sesuatu, semakin banyak kualitas pekerjaan kita mengalami penurunan.
Batas Waktu Penyelesaian Tugas
Menetapkan batas waktu untuk suatu aktivitas dapat membantu Anda fokus dalam proses penyelesaiannya.
Tanyakan kepada diri Anda apakah ada jalan pintas yang dapat Anda tempuh, atau apakah ada seseorang yang dapat Anda ajak bicara (mentor atau siapapun yang telah melakukan proyek serupa) yang dapat memberikan saran bagi Anda.
Jika terjadi suatu konflik, sebaiknya Anda perlu menanganinya dengan segera dan jangan ditunda.
Konflik yang tidak terselesaikan akan menguras sejumlah tenaga ekstra di kemudian hari, entah itu energi Anda ataupun energi anggota tim Anda.
Jadilah pemimpin yang dapat dipercaya oleh para anggota tim Anda.
Hormati mereka layaknya Anda juga dihormati oleh mereka.
Miliki integritas dan juga kejujuran sebagai seorang pemimpin.
Anda tidak akan menjadi pemimpin jika bawahan Anda tidak mempercayai kepemimpinan Anda.
Anda dapat membagikan artikel di atas kepada rekan Anda yang ingin meraih kesuksesan dalam membangun kepemimpinan cerdas. [rds]