WahanaNews.co | Pengibaran bendera merah putih terjadi khidmat di bawah segara
biru di Pulau Arborek, Rajaampat.
Kegiatan ini setidaknya telah
dilaksanakan sebanyak enam kali setiap hari kemerdekaan.
Baca Juga:
Sikapi Berbagai Isu Miring, Kemenko Polhukam Panggil Pengelola PIK
Inisiasi itu diawali oleh Githa
Anathasia, Marsel Mambrasar, dan Ronal Mambrasar sejak 2015.
Mulanya, tujuan mereka untuk membuat
kegiatan unik yang bisa melibatkan masyarakat sekampung.
"Sejak tahun 2015, kegiatan ini
menjadi kegiatan satu-satunya di Rajaampat yang dilaksanakan oleh masyarakat
Kampung Arborek, secara swadaya dan menjadi daya tarik cerita dari kampung
ini," tutur Githa kepada National
Geographic Indonesia.
Baca Juga:
Jokowi dan Suara Parpol soal Amandemen UUD
Acara itu berlangsung pada 17 Agustus
2021 dari 09.45 hingga 10.30 WIT.
Menurut Githa, ini cara masyarakat
Arborek menghargai laut.
Walau sekarang derita terjadi karena
pandemi, mereka masih bisa bertahan hidup dari laut.
Setidaknya ada 15 orang penyelam.
Terdiri dari 12 orang warga Arborek
dan tiga orang rekanan Githa dan Marsel sebagai pemilik Arborek Dive Shop.
Mereka menyelam persis dibawah jetty (dermaga) kampung, dekat dengan
program transplantasi karang milik Githa dan Marsel.
"Kami mengikuti arahan terlebih
dahulu, lalu gladi resik. Dikarenakan arus yang cukup
deras jadi kami harus berjuang dibawah laut untuk tidak menginjak atau
menghancurkan karang," jelas Githa,
memaparkan proses penyelaman.
Saat menyelam, kondisi bawah air
mencapai suhu 30 derajat Celsius dengan jarak pandang yang amat
baik.
Pemandangan cantik karang acropora cervicunis, karang meja, acropora micropthalma, dan montipora di Yafkeru (kebun karang dalam bahasa Biak) pun terlihat jelas.
Kebun karang itu dibuat untuk
mengajarkan masyarakat dan turis akan potensi lain di bawah jetty kampung.
Selama ini, Arborek memang menjadi
tujuan wisata sekaligus konservasi biota laut di Rajaampat.
Bahkan beberapa tahun kebelakang
banyak peneliti yang tinggal di Arborek.
Entah melakukan studi untuk lanjut S2
maupun mengumpulkan data tentang mobilitas dan perkembangan pari manta.
Nama Arborek sendiri diberi oleh para
leluhur yang terinspirasi dari pohon menjalar dengan bunga berwarna kuning dan
buah yang berduri.
Borek sendiri artinya duri dalam bahasa
Betew.
Selain para penyelam dan orang dewasa,
banyak anak-anak ikut meramaikan kegiatan tersebut.
Menurut Githa, acara ini juga memiliki
pesan moral untuk generasi penerus.
"Sesulit apapun, lakukan yang
terbaik untuk menunjukan identitas kita sebagai warga negara Indonesia. Dan
semangat ini yang harus ditanam sejak dini, melibatkan
mereka dalam setiap kegiatan 17-an, mengenalkan lagu-lagu wajib serta nama nama
pahlawan Indonesia agar mereka mau menghargai sejarah bangsa Indonesia,"
tuturnya.
"Merdeka memperjuangkan pendapat,
bertanggung jawab untuk segala tindakan/konsekuensi yang dihasilkan. Merdeka
untuk terus menyuarakan bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia," Githa
menjelaskan makna merdeka bagi warga Arborek.
Anak-anak di Arborek juga mahir
berbahasa Inggris.
Mereka mengikuti kegiatan belajar
setiap hari Sabtu dan Minggu dari para relawan Kitong Bisa Rajaampat.
Berbeda kelas, berbeda juga teknik
belajarnya.
Untuk kelas satu dan dua diajarkan
cara menulis, kelas tiga dan empat diajarkan soal angka, sementara kelas lima dan enam menyampaikan percakapan dalam bahasa Inggris. [dhn]