WahanaNews.co | Meski Bekasi mengungguli Jakarta Selatan dalam hal kecepatan internet mobile alias seluler maupun internet jaringan tetap (fixed broadband), Bekasi masih ketinggalan terlampau jauh dibanding pemuncak Shanghai dan Beijing.
Hal itu berdasarkan data Indeks Global Speedtest yang dirilis oleh lembaga riset siber Ookla per September 2022. Riset ini melibatkan 170 kota dari seluruh dunia untuk kategori mobile; dan 193 kota dalam kategori fixed broadband.
Baca Juga:
Pria Pelaku Penyekapan Bocah 4 Tahun di Pospol Pejaten Halusinasi Efek Sabu
Menurut Ookla, Bekasi ada di peringkat 134 atau turun enam peringkat dari bulan sebelumnya dengan kecepatan internet mobile 16,46 Mbps. Dua tingkat di bawahnya, Jaksel menyusul dengan 16,14 Mbps.
Dalam hal jaringan tetap, Bekasi ada di ranking 136 atau naik dua peringkat dengan kecepatan 27,04 Mbps. Sementara Jaksel satu tingkat di bawahnya dengan 27,00 Mbps.
Namun demikian, itu tak berarti Bekasi merupakan yang tercepat di Indonesia. Riset Ookla cuma mengambil dua sampel kota dari tiap negara yang dipantau.
Baca Juga:
Negosiasi Alot, Polisi Berhasil Evakuasi Bocah dari Penyanderaan di Pospol Pejaten
"Daftar kami mencakup dua kota terbesar dari masing-masing negara. Kota-kota juga harus memiliki lebih dari 500.000 penduduk dan sampel yang cukup untuk dimasukkan," menurut pernyataan perusahaan.
Sementara itu, dua wakil China menguasai dua kategori berbeda; Shanghai menduduki peringkat pertama kota dengan kecepatan internet mobile tertinggi dengan 158,63 Mbps; dan Beijing ranking satu kecepatan internet jaringan tetap 238,86 Mbps.
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang melibatkan 7.568 responden, 11 Januari hingga 24 Februari 2022, penetrasi layanan internet di Indonesia pada 2021-2022 mencapai 77,02 persen.
Provinsi dengan penetrasi internet tertinggi adalah DKI Jakarta (83,39 persen), lalu Kalsel 83 persen, Jawa Barat 82,4 persen, Sumsel dan Banten 81 persen, Sulawesi Utara 80,5 persen.
Sementara, provinsi dengan penetrasi internet terendah adalah Sulbar 57,58 persen, disusul Papua Barat 64,8 persen, NTB 65,1 persen, Aceh 68,1 persen, Papua 68,9 persen. [afs]