WahanaNews.co | Perlu diketahui, satuan elite TNI AU itu bukan cuma Korps
Pasukan Khas (Paskhas). Ada satuan yang lebih khusus lagi di
dalam Korps Paskhas itu sendiri.
Ya, satuan khusus di Korps Baret
Jingga itu adalah Satuan Bravo 90, atau yang lebih dikenal Sat 90 Bravo.
Baca Juga:
Hadapi OPM, Panglima TNI Bakal Ubah Taktik Tempur
Meskipun menjadi satuan elite termuda
yang dimiliki oleh TNI, namun kualitas anggota Sat 90 Bravo
Korps Paskhas TNI AU tak kalah dengan dua saudara tuanya.
Kemampuan Sat 90 Bravo
setara dengan anggota Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Sat81/Gultor) Kopassus
TNI AD, dan Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI AL.
Sejak berdiri pada 12 Februari 1990,
Sat 90 Bravo Korps Paskhas sudah terlibat dalam sejumlah operasi
militer.
Baca Juga:
Deni Hasoloan Simanjuntak: Bintang TNI AU yang Bersinar, Tak Kalah dari Maruli Simanjuntak
Mulai dari di Timor Timur
(sekarang Timor Leste), hingga Operasi Terpadu TNI dalam penumpasan kelompok
separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Banyak putra terbaik bangsa yang lahir
dari Sat 90 Bravo. Salah satunya, Mayor Sus
Hendra Kho, Perwira Pertama (Pama) TNI AU keturunan Tionghoa.
Dalam pantauan dari akun Instagram pribadinya, Hendra diketahui
adalah jebolan Prajurit Perwira Karier (Pa PK) tahun 2007.
Pria asli Jambi ini juga sempat
menempuh pendidikan militer di Pangkalan Angkatan Udara Maxwell (Maxwell Air Force Base), Alabama,
Amerika Serikat (AS).
Saat menjalani pendidikan pada 2014, Hendra
mendapatkan pengalaman yang sangat berharga di Negeri Paman Sam.
Salah satunya, saat Hendra mendapat tantangan (challenge) dari
para anggota Angkatan Udara AS (US Air
Force).
Sebuah video berdurasi 52 detik
diunggah Hendra pada 23 Desember 2020 lalu.
Video itu menunjukkan Hendra
dikelilingi lebih dari 10 tentara AS, dalam posisi seperti hendak mengeroyok.
Apalagi, dua orang di antaranya
memegangi tangan Hendra di kedua sisi.
Jangan salah sangka, ternyata kedua
tentara AS yang memegangi Hendra itu justru jadi pelindung, agar Hendra tak jatuh.
Pasalnya, salah seorang
tentara AS kemudian menyetrum Hendra dengan menggunakan taser gun, atau senjata kejut listrik,
dari arah belakang.
"Oh my God (Oh Tuhanku)," pekik Hendra, dan secara perlahan tubuhnya jatuh
tertelungkup.
Tetapi, sesaat setelah mendapatkan sengatan
listrik dan jatuh tertelungkup itu, alangkah
terkejutnya para tentara AS.
Dalam tempo beberapa detik saja, Hendra langsung
bangun lagi dan menyalami para tentara AS di
sekelilingnya.
Tak ada tanda-tanda kesakitan
yang terlihat dari
dirinya. Tak ayal, para tentara AS itu pun
mengaku salut atas kemampuan yang dimiliki Hendra. [qnt]