WahanaNews.co | Sekitar 500 ton ikan di Tanjung Raya Danau Maninjau Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) mati mendadak dan mengapung di atas permukaan air sejak Minggu (12/12).
Salah satu penyebab kematian itu diduga berkaitan dengan cuaca ekstrem yang melanda Sumbar.
Baca Juga:
Prof. Syafruddin: Provinsi Sumbar Harus Tiru Pemanfaatan Sumber Daya ala Jepang
Fenomena lautan ikan mati tersebut terjadi di sekitar keramba jaring apung (KJA) milik warga. Adapun ikan yang banyak mati merupakan ikan jenis nila.
Camat Tanjung Raya, Handria Asmi mengatakan matinya ikan di dalam KJA itu sudah terjadi beberapa waktu terakhir. Ia mengatakan sejak Minggu (12/12) hingga Selasa (14/12) jumlah ikan yang mati mencapai 500 ton bahkan lebih.
"Kematian ikan mati tersebut terjadi di empat nagari (desa adat), yakni Nagari Koto Kaciak, Tanjuang Sani, Koto Gadang dan Nagari Koto Malintang," katanya kepada wartawan, Rabu (15/12).
Baca Juga:
Kematian Ikan Keramba Jaring Apung di Danau Maninjau Buat Petani Rugi Rp380 Juta
Adapun penyebab kematian ikan, kata Handria Asmi, karena cuaca yang sering berubah-ubah. Kadang panas atau tiba-tiba hujan deras dengan angin kencang.
Cuaca buruk itu kata Handria juga disebabkan oleh musim pancaroba yang terjadi pada bulan November hingga Februari. Sehingga menimbulkan fenomena upweeling atau penurunan tekanan dan kenaikan air di dalam danau.
"Ikan-ikan itu mati lantaran terjadinya penurunan suhu air danau akibat umbalan atau upweeling," jelasnya.
Dari kejadian itu, Handria sudah mengimbau pemilik KJA yang lain agar segera memanen ikannya, atau memindahkan ke kolam darat.
"Untuk ikan yang mati, kita minta pemilik keramba agar membersihkan dari danau dengan menguburkannya ke darat," ujarnya.
Sementara Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPKP) Agam, Rosva Dewira juga membenarkan ikan mati massal itu sejak sepekan terakhir.
"Rata-rata ikan yang mati itu, hampir siap panen dan kawasan Nagari Koto Kaciak menjadi nagari terparah yang mengalami kerugian," ujarnya.
Sebelumnya, persoalan tercemarnya Danau Maninjau sudah mendapat sorotan dari sejumlah pihak, termasuk pemerintah pusat. Data pada 2019, jumlah keramba jaring apung yang ada di Danau Maninjau mencapai 17.000 unit. Sedangkan daya tampung hanya 6.000 keramba.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa juga telah melakukan peninjauan langsung ke Danau Maninjau.
Dalam kunjungan itu, ia mengatakan, Danau Maninjau berdasarkan hasil penelitian LIPI terjadi penurunan status tropik, dalam waktu hampir 100 tahun.
"Dari oligotropik tahun 1929, menjadi hipertropik di 2016, maka secara kumulatif terjadi perubahan yang luar biasa," kata Suharso.
Bahkan, dia mengatakan tercemarnya air danau terlihat jelas, yang diakibatkan oleh sisa pakan ikan. [rin]