WahanaNews.co | Fenomena muda mudi Citayam nongkrong di dekat Stasiun Dukuh Atas Jakarta belakangan telah jadi perbincangan hangat.
Kekhawatiran pun muncul usai muncul problematika seperti sampah yang berserakan hingga banyaknya perokok belia di Dukuh Atas.
Baca Juga:
Kadiv Humas Polri : Nama Calon Wakapolri Sudah ada, Saat ini Sedang Dalam Proses Pemilihan.
Karena itu, Pemprov DKI pun diminta untuk memberdayakan para remaja yang datang ke Dukuh Atas. Peneliti tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna mengatakan, pemberdayaan itu dilakukan agar kawasan Dukuh Atas tak menjadi kekumuhan baru di Jakarta.
"Ada panggung fashion, panggung musik, mereka datang bawa alat lukis boleh, gitar nyanyi-nyayi di situ jadi panggung. Jangan jadikan Dukuh Atas jadi kekumuhan baru. Kerja sama dengan MRT, Kereta Api," kata Yayat kepada wartawan, Jumat (8/7/2022) malam.
Yayat menjelaskan pentingnya ruang pemberdayaan untuk para remaja yang nongkrong di Dukuh Atas. Menurutnya hal itu guna menyalurkan kreativitas para remaja tersebut agar tak hanya nongkrong dan pacaran di Dukuh Atas.
Baca Juga:
Rapat Paripurna Sahkan RUU Daerah Khusus Jakarta Jadi Usul Inisiatif DPR
"Jadi Jadikan Dukuh Atas panggung kreativitas, inovasi, fashion. Tempat kan ada, tapi harus ada siapa yang jadi pendamping. Jangan mereka malah bikin aturan sendiri," katanya.
"Dinas LH nyapu-nyapu, jaga kebersihan, Satpol PP jagain, Dishub atur penyeberangan dan lainnya. Maka dibutuhkan ada seniman, atau senior yang samperi anak-anak. Yang datang seperti tokoh," lanjut Yayat.
Yayat melanjutkan, pemerintah tidak bisa membatasi orang yang ingin datang dan nongkrong di Dukuh Atas.
Meski sebenarnya area tersebut adalah kawasan integrasi transportasi antara KRL, MRT, Kereta Bandara, dan TransJakarta.
"Dukuh Atas itu, panggung muka bagi anak-anak daerah suburban. Jadi etalase ekpresi mereka, karena di Citayam nggak ada tempat seperti itu, Bojong nggak ada," katanya.
Perlu Dipasang Rambu-rambu di Dukuh Atas
Pemprov DKI juga diminta untuk benar-benar mengawasi kawasan Dukuh Atas agar aturan soal ketertiban dijalankan oleh ABG yang nongkrong. Sebab selama ini ia melihat kurangnya rambu-rambu peringatan dan aturan ketertiban di Dukuh Atas.
"Yang kurang rambu-rambu, ruang kosong harus diberi rambu-rambu petunjuk. Contoh jam berapa tempat itu tidak boleh digunakan, misal kegiatan sampai jam 10 malam. Artinya jangan sampai ada yang tidur di situ. Kongkow sampai lewat batas yang ditetapkan," katanya.
"Jadi ruang itu bisa dipakai dengan aturan-aturan. Jadi orang bisa tahu, duduk boleh jangan buang sampah, jangan merokok, jangan rusak taman, injak rumput atau bunga, itu harus dikasih tahun," ucapnya. [gun]