WahanaNews.co | Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia bersubsidi, puluhan petani di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur diajari untuk membuat pupuk organik hayati. Pelatihan pembuatan pupuk organik hayati dengan reaktor itu dilakukan di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, pada Rabu (23/11).
Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama dengan East West Seed Indonesia (Ewindo) Indonesia. Sedikitnya ada sekitar 50 petani dari berbagai daerah di Banyuwangi yang hadir.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
Deputy Managing Director East West Seed Indonesia (Ewindo) Afrizal Gindow mengatakan bahwa penggunaan 'ramuan' pupuk organik hayati ini cukup efektif. Menurutnya, banyak petani yang saat ini tidak begitu bergantung menggunakan pupuk kimia.
"Berdasarkan studi yang dilakukan oleh kampus IPB di beberapa wilayah pertanian, ini terbukti efektif. Karena sifat pupuk organik hayati ini merangsang struktur tanah menjadi lebih baik," kata Afrizal kepada wartawan.
Berdasarkan pengujian, penggunaan pupuk organik ini petani berhasil meningkatkan produksi cabai hingga 11 ton/ha, lebih besar dari produksi sebelumnya yaitu 9 ton/ha. Selain itu, produksi padi naik menjadi 12 ton/ha.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
"Kenaikan produksi ini di antaranya dipicu oleh ketahanan tanaman terhadap tekanan lingkungan dan penyakit yang meningkat pasca diberikan pupuk organik," jelasnya.
Menurutnya, pelatihan ini sekaligus bentuk kampanye BRIN kepada petani agar tidak terus menerus menggunakan pupuk kimia. Dengan pupuk organik hayati ini petani diharapkan bisa melepas kecanduan penggunaan pupuk bersubsidi.
"Harapannya petani kita bisa memanfaatkan dan mengelola tanah dengan baik dan mengurangi ketergantungan pupuk kimia," jelasnya.
Dia menyebutkan bahwa reaktor pupuk organik hayati ini menjadi salah satu pusat alih teknologi dan inovasi pertanian. Dimana para petani nantinya bisa memproduksi sendiri pupuk organik hayati sesuai formula temuan dari BRIN.
Untuk bahan-bahan pembuatan reaktor pupuk organik hayati ini terbilang cukup mudah ditemukan. Seperti, tauge, gula kelapa merah, bekatul, tepung ikan dan beberapa bahan di pasar lainnya.
"Tanaman memerlukan 16 unsur makro dan mikro. Mikrobia yang ada dalam pupuk organik ini nantinya akan membantu tanaman menyerap unsur-unsur yang sangat dibutuhkan tersebut," katanya.
Terpisah, Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah mengapresiasi BRIN yang memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik hayati terhadap petani di Banyuwangi. Hal ini sangat membantu petani mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia.
"Sektor pertanian menjadi prioritas Pemkab Banyuwangi selain pariwisata. Sehingga adanya pelatihan ini bisa memberikan dampak positif petani dalam mengurangi ketergantungan terhadap obat atau pupuk kimia," tambahnya.
Ke depan, tambah Sugirah, dia berharap semakin banyak petani yang menggunakan pupuk organik hayati, agar petani tak kesulitan mencari pupuk kimia.
"Harapan kami adalah bagaimana petani tidak kesulitan lagi dalam pemupukan. Tentu dengan harga yang murah dibandingkan pupuk kimia, hasil panen melimpah juga akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat," pungkasnya. [ast]