WAHANANEWS.CO, Bandung - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah menggagas pendirian 30 pusat kuliner yang tersebar merata di seluruh kecamatan.
Program ini menyasar para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang akan diseleksi oleh dinas terkait bersama aparat kewilayahan.
Baca Juga:
Lewat Festival dan Insentif, Pemkot Bandung Pacu Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Mereka nantinya akan mendapatkan dukungan berupa pembiayaan, pelatihan literasi finansial, promosi digital, hingga peningkatan kualitas produk.
Beberapa lokasi sentra kuliner yang telah beroperasi dan dikenal luas di Bandung antara lain berada di kawasan Jalan Cibadak, Dipati Ukur, Lengkong Kecil, Gelap Nyawang, serta sekitar Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat yang berdekatan dengan Lapangan Gasibu.
Waktu operasionalnya pun beragam, mulai dari pagi hingga malam, bahkan ada yang baru buka menjelang sore dan tutup larut malam.
Baca Juga:
Sambut Urbanisasi Pascamudik, Pemkot Bandung Siapkan Langkah Antisipatif
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menjelaskan bahwa kehadiran 30 sentra kuliner ini bertujuan menekan angka pengangguran, mencetak wirausaha baru di sektor makanan, dan mendukung keluarga yang memerlukan sumber penghasilan tambahan.
"Program ini juga diharapkan bisa jadi solusi penataan pedagang kaki lima," kata Erwin dalam keterangan tertulis pada Selasa, 15 Juli 2025.
Ia menambahkan bahwa program ini terbuka untuk siapa pun, termasuk masyarakat prasejahtera yang ingin bangkit lewat usaha kuliner.
Menggerakkan Ekonomi dari Akar Rumput
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Bandung, Budhi Rukmana, menambahkan bahwa pembangunan sentra kuliner ini bertujuan menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas.
Ia menilai Bandung sebagai kota yang dikenal dengan kreativitas dan kekayaan kulinernya, perlu memiliki ruang usaha yang tertata, bersih, serta mendukung keamanan dan kenyamanan pelaku usaha.
“Sentra kuliner ini bukan sekadar tempat jualan, tapi ruang usaha yang strategis, bersih, higienis, dan aman,” ujarnya.
Budhi menyebutkan selama ini pertumbuhan sektor kuliner tidak selalu diimbangi dengan pengelolaan ruang yang baik.
Alhasil, banyak pedagang berjualan di lokasi yang tidak memadai, tanpa fasilitas memadai, bahkan sampai menimbulkan gangguan terhadap ketertiban kota.
“Sentra kuliner hadir untuk menjawab masalah-masalah itu,” katanya. UMKM harus difasilitasi dengan tempat yang memadai agar mampu bertumbuh dan berkelanjutan.
Di sisi lain, Kota Bandung masih menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan sampah.
Produksi sampah harian yang mencapai sekitar 1.500 ton hanya setengahnya yang berhasil diangkut ke tempat pembuangan akhir.
Tumpukan sampah yang menyebar di pasar hingga lokasi pembuangan ilegal masih menjadi persoalan utama yang terus diupayakan solusinya oleh pemerintah.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]