WAHANANEWS.CO, Bandung - Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam menertibkan jaringan kabel udara yang selama ini semrawut di berbagai ruas jalan mulai memasuki fase penting.
Melalui kegiatan Kick Off Penurunan Kabel Fiber Optik yang digelar di Taman Dewi Sartika, Balai Kota Bandung, Senin (8/12/2025), Pemkot resmi memulai tahapan pengendalian dan relokasi kabel udara menuju sistem jaringan infrastruktur pasif telekomunikasi (IPT) berbasis ducting bawah tanah.
Baca Juga:
Pemkot Bandung Targetkan Infrastruktur dan Pengelolaan Sampah Jadi Fokus Utama 2026
Program strategis ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemkot Bandung dan PT Bandung Infra Investama (BII) melalui skema kemitraan non-APBD, dengan dukungan berbagai operator telekomunikasi yang berkepentingan menjaga kualitas layanan internet di kota besar seperti Bandung.
Rencana pembangunan IPT dijadwalkan berlangsung hingga 2027. Pada akhir 2026, Pemkot menargetkan 65 ruas jalan telah terintegrasi ke jaringan ducting bawah tanah, sementara 39 ruas sisanya diselesaikan pada tahun berikutnya.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyampaikan apresiasi kepada para operator dan mitra strategis yang telah bekerja bersama pemerintah dalam proyek jangka panjang ini.
Baca Juga:
Pemkot Bandung Resmikan BAACN Gallery, Pusat Diplomasi Kota dan Kolaborasi Asia–Afrika
Ia mengakui kabel udara yang tak tertata selama ini bukan hanya membuat ruang publik tampak semrawut, tetapi juga menimbulkan keluhan masyarakat.
“Tidak ada satu pun dari kita yang ingin Kota Bandung terlihat semrawut,” kata Farhan.
Farhan menegaskan bahwa penataan kabel bukan hanya urusan teknis telekomunikasi, tetapi bagian dari transformasi digital kota dan perbaikan tata ruang agar Bandung menjadi kota yang lebih nyaman dan modern.
Ia juga mengingatkan pentingnya koordinasi lintas pihak, termasuk dalam hal pemeliharaan jaringan serta skema pendanaan yang tidak membebani masyarakat.
“Kita memiliki 2,6 juta warga yang membutuhkan layanan internet stabil. Ini peluang bisnis pada saat yang sama juga tanggung jawab,” ucapnya.
Pemkot Bandung memberi batas waktu hingga 15 Desember 2025 untuk menyelesaikan tahap pertama sebelum periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026.
Farhan mengingatkan pengalaman tahun sebelumnya ketika pekerjaan harus dihentikan demi menjaga kelancaran mobilitas warga.
“Tahun lalu pekerjaan ini terpaksa dihentikan karena mengganggu mobilitas warga saat Nataru. Tahun ini kita siapkan lebih matang,” ucapnya.
Tahap lanjutan penataan jaringan dijadwalkan kembali dimulai pada 8 Januari 2026. Farhan meminta agar seluruh operator telekomunikasi serta PT BII memperhatikan dua hal utama:
— Pertama, sosialisasi intensif kepada pelanggan jika terjadi gangguan layanan,
— Kedua, transparansi penghitungan tarif agar tidak muncul lonjakan biaya yang dapat mendorong inflasi daerah.
"Kedua, transparansi dan rasionalisasi tarif, agar tidak terjadi lonjakan harga layanan internet yang berdampak pada inflasi daerah," ujarnya.
Direktur Utama PT BII, Asep Wawan Dharmawan, memaparkan perkembangan proyek sejak groundbreaking pertama pada 21 Juni 2024.
Hingga kini, PT BII telah menyelesaikan pembangunan fasilitas IPT di 15 ruas jalan prioritas, antara lain Jalan Sumatera, Lembong, Merdeka, Tamblong, Tera, Veteran, Asia Afrika, Aceh, Sunda, Bangka, Gandapura, Lombok, Gudang Utara, Gudang Selatan, dan Taman Pramuka.
“Sarana IPT yang sudah kami bangun meliputi jalur ducting utama dan akses, manhole, handhole, hingga optical distribution point. Selanjutnya 20–21 ruas berikutnya sedang dalam penyelesaian dan ditargetkan rampung Desember ini,” ujarnya.
Asep menambahkan bahwa sejauh ini sudah ada 14 operator telekomunikasi yang menyatakan berminat menggunakan fasilitas IPT Bandung, mulai dari operator besar seperti Telkom Indonesia, Biznet, XL Smart, Fiberstar, LinkNet, hingga penyedia menengah seperti Moratel dan Bali Tower.
Dalam presentasinya, Asep memaparkan empat manfaat utama penataan kabel udara melalui jaringan ducting bawah tanah, yaitu:
1. Meningkatkan keamanan pengguna jalan dari risiko kabel putus maupun tiang tumbang.
2. Memperbaiki estetika kota sejalan dengan visi Bandung sebagai kota yang tertata dan modern.
3. Mempercepat layanan komunikasi berbasis fiber optik yang lebih stabil dan efisien.
4. Menghadirkan efisiensi biaya bagi operator melalui skema sharing infrastructure yang memungkinkan penggunaan ducting secara bersama.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]