WahanaNews.co | Badan Meteorologi, Krimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sentani,
Papua, mengimbau penerbangan di Papua waspada terhadap awan cumulonimbus
yang sangat tebal dan menjulang pada ketinggian rendah hingga lebih dari 10 km
yang sedang terjadi di Indonesia.
Forcaster Stasiun Badan
Meteorologi, Krimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sentani, Windra Arizona, menjelaskan, awan cumulonimbus menimbulkan banyak fenomena cuaca
yang berbahaya dalam aktivitas penerbangan, seperti
hujan sedang hingga lebat yang bisa disertai terjadi angin kencang sesaat di bagian
bawah awan, petir dari awan ke daratan, memburuknya jarak pandang, dan
mempengaruhi keadaan permukaan landasan (genangan air).
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
"BMKG terus mengimbau masyarakat dan
semua pihak yang terkait dengan transportasi, untuk selalu meningkatkan
kewaspadaannya terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem, yang masih
dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam
layanan penerbangan," kata Windra Arizona, Kamis (11/2/2021).
Dikatakanya, musim penghujan yang
sedang terjadi di Sentani, Jayapura, menimbulkan banyak hal yang perlu
diwaspadai.
Khusus, kata dia, untuk cuaca bagi penerbangan, berdasarkan analisis dan prediksi
BMKG yang disampaikan Desember tahun lalu, dan selalu kami update hingga saat ini di bulan Januari 2021, secara umum masih
Berpotensi Tinggi terjadinya pembentukan awan-awan cumulonimbus (CB) yang dapat
membahayakan penerbangan.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
"Kondisi dinamika atmosfer yang tidak
stabil dalam beberapa hari ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan
hujan di beberapa wilayah Indonesia," ujarnya.
Hal ini disebabkan oleh munculnya
pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia dan munculnya sirkulasi
siklonik di sekitar wilayah utara Indonesia sehingga pengaruhi pola arah dan
kecepatan angin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di
sekitar wilayah Indonesia.
Selain itu, kondisi labilitas atmosfer
yang kuat di sebagian wilayah Indonesia dapat turut berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan awan hujan dalam skala lokal.