Daryono
belum mengetahui dengan pasti penyebab minimnya gempa susulan di Majene dan
Mamuju.
Kemungkinan,
kata Daryono, minimnya gempa susulan karena proses disipasi atau justru
akumulasi dari gempa sebelumnya.
Baca Juga:
Sumedang di Guncang Gempa M 3,5
"Apakah
fenomena rendahnya produksi aftershocks
di Majene ini disebabkan karena telah terjadi proses disipasi, di mana medan tegangan di zona gempa
sudah habis sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali
normal?" kata Daryono.
"Atau
justru malah sebaliknya, dengan minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan
masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis, sehingga masih memungkinkn
terjadinya gempa signifikan nanti? Fenomena ini membuat kita menaruh curiga,
sehingga lebih baik kita patut waspada," imbuhnya.
Daryono
menjelaskan, perilaku gempa memang sulit diprediksi dan menyimpan banyak
ketidakpastian.
Baca Juga:
Bukan Heatwave, BMKG Ungkap Pemicu Utama Naiknya Suhu Udara di Tanah Air
Oleh
karenanya, BMKG baru dapat mengkaji secara spasial dan temporal.
"Akan
tetapi, untuk mengetahui besarnya medan tegangan riil dan perubahannya pada
kulit bumi masih sulit dilakukan," kata Daryono.
Sekadar
informasi, gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang Majene, Sulbar, pada
Jumat (15/1/2021), sekira pukul 02.28 WIB dini hari.