WahanaNews.co | Aktivitas erupsi Gunung Ile Lewotolok di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus diamati.
Petugas Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok, Stanislaus Ara Kian, menjelaskan, menurut grafik, peningkatan aktivitas erupsi di gunung tersebut terjadi sejak 27 September 2021.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Pada Sabtu (9/10/2021), dari pantauan petugas, terjadi 16 kali erupsi atau letusan yang disertai suara gemuruh dan dentuman lemah hingga kuat.
Berikut ini fakta terkini seputar aktivitas erupsi di Gunung Ile Lewotolok:
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
1. Suara Dentuman dan Gemuruh
Warga sekitar Gunung Ile Lewotolok pada Sabtu (9/10/2021) dikejutkan dengan suara dentuman dan gemuruh.
Salah satu warga setempat menjelaskan, suara tersebut sangat terdengar jelas.
"Baru saja terdengar ada suara dentuman keras. Suara gemuruh terdengar jelas sampai di Kota Lewoleb," ujar Teddi Lagamaking kepada wartawan, Sabtu (9/10/2021) malam.
Sementara itu, menurut petugas pos pengamatan Gunung Ile Lewotolok, Syawaludin, di hari itu juga tercatat 16 kali letusan.
"Hari ini, dari pukul 12.00 sampai 06.00 WIB, teramati 16 kali letusan dengan tinggi 300 meter di atas permukaan dan warna asap putih dan kelabu," katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima media.
2. Gerakan Magma dan Batuan
Menurut penjelasan petugas Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok, Stanislaus Ara Kian, suara gemuruh yang terdengar hingga di Kota Lewoleba terjadi karena adanya magma dan batuan yang bergerak menuju permukaan.
Sementara itu, menurut Stanislaus, aktivitas tertinggi terjadi pada Senin (4/10/2021).
"Jumlah erupsi paling tinggi terjadi pada tanggal 4 Oktober 2021 yakni 74 kali erupsi hingga menyebabkan pesawat Wings Air dari Kupang gagal mendarat di Bandara Wunopito Lewoleba," kata Stanislaus.
3. Radius Aman
Stanislaus mengimbau untuk masyarakat di sekitar gunung untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak.
Selain itu, masyarakat diminta selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai awan panas dari arah tenggara puncak.
"Mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya maka masyarakat yang berada disekitar Ili Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit," ujarnya.
4. Pantau Informasi dari Sumber Terpercaya
Sementara itu, kata Stanislaus, masyarakat diminta tetap tenang dan mengikuti perkembangan terkini dari sumber resmi.
Hal itu dilakukan untuk menjaga situasi dan kondisi masyarakat di sekitar Pulau Lembata.
"Seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan narasi bohong (hoaks) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Ili Lewotolok yang tidak jelas sumbernya," katanya. [dhn]