WAHANANEWS.CO, Ketapang - Puluhan murid dan seorang guru di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, harus dilarikan ke rumah sakit setelah diduga keracunan akibat menyantap menu ikan hiu goreng dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Insiden ini menyorot dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mulia Kerta yang dianggap lalai dalam memilih bahan makanan.
Baca Juga:
Mendagri Tegaskan Penanganan Awal Keracunan MBG Tanggung Jawab Pemda
“Soal menu ikan hiu, itu murni kesalahan dan keteledoran dari SPPG kami. Mereka tidak teliti memilih menu. Ikan hiu itu dibeli dari TPI Rangga Sentap, produk lokal,” ujar Kepala Regional MBG Kalbar, Agus Kurniawi, pada Kamis (24/9/2025).
Agus menegaskan bahwa ikan hiu tidak semestinya masuk ke dalam menu MBG untuk anak sekolah karena jarang dikonsumsi anak-anak dan berpotensi mengandung zat berbahaya.
“Harusnya menu yang dipilih itu yang digemari siswa. Anak-anak jarang sekali mengonsumsi ikan hiu. Bisa saja ikan hiu ini memiliki kandungan merkuri. Itu yang sangat saya sesalkan,” katanya.
Baca Juga:
Dinkes Jabar Catat 842 Siswa Bandung Barat Keracunan MBG, Banyak Mengalami Kejang
Ia pun menambahkan, jika hasil investigasi membuktikan bahwa dapur SPPG Mulia Kerta menjadi penyebab keracunan, maka dapur tersebut akan ditutup permanen.
Di sisi lain, muncul pertanyaan apakah benar ikan hiu membahayakan kesehatan.
Guru Besar Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Ali Khomsan, menjelaskan bahwa beberapa jenis ikan memang diketahui beracun.
“Beberapa jenis ikan memang diketahui beracun. Yang sangat populer adalah ikan buntal yang memang memproduksi racun sehingga sangat berbahaya bila dikonsumsi,” kata Ali pada Kamis (25/9/2025).
Namun, ia menambahkan bahwa ada juru masak tertentu yang berani mengolah ikan beracun agar aman dikonsumsi.
“Ada beberapa chef yang memang berani mengolah ikan beracun. Diolah dan diminimalisir proses pengeluaran racunnya sehingga ketika dikeluarkan, racun itu tidak menyebar di seluruh tubuh ikan,” jelasnya.
Ali menekankan pentingnya kewaspadaan dalam memahami ikan yang berpotensi beracun.
Ia menegaskan bahwa menu MBG seharusnya tidak rumit dan cukup menggunakan makanan yang lazim dan aman bagi anak-anak.
“Tidak usah neko-neko mencari alternatif menu lokal bagi anak-anak penerima MBG, gunakan saja menu tradisional seperti telur, daging ayam, atau apapun yang memang sudah dikenal aman,” ujarnya.
Menurut Ali, sebenarnya masyarakat lokal sudah mengetahui jenis-jenis ikan yang beracun dan tidak layak dikonsumsi.
“Sebenarnya yang memahami ikan beracun itu penduduk lokal yang sebenarnya sudah paham bahwa ikan itu beracun dan tidak layak dikonsumsi,” pungkasnya.
Sementara itu, jumlah korban keracunan di SDN 12 Benya Kayong mencapai 25 orang, terdiri atas 24 murid dan seorang guru.
Kepala Dinas Kesehatan Ketapang, Feria Kowira, mengatakan delapan pasien baru masuk pada Selasa (23/9/2025) malam, sehingga total pasien menjadi 25 orang.
“Total yang ditangani menjadi 25 orang,” ujarnya di RSUD dr. Agoesdjam.
Dari jumlah tersebut, 22 pasien sudah pulih dan dipulangkan, sementara tiga orang masih dirawat karena demam, sakit perut, dan mual.
Seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah daerah, sementara sampel makanan termasuk ikan hiu goreng telah dikirim ke BPOM Kalbar untuk diuji laboratorium.
“Hasilnya masih menunggu,” kata Feria.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]