WahanaNews.co | Cuaca ekstrem yang terjadi dalam satu minggu terakhir di perairan teluk Plabuhanratu, Sukabumi, membuat empat rumah dan satu warung wisata milik warga di pesisir Cipatuguran terdampak abrasi. Selain itu ombak tinggi membuat nelayan tidak bisa melaut.
Kasat Polair Polres Sukabumi AKP Tenda Sukendar mengatakan kondisi paling parah terjadi pada Kamis (22/12/2022) kemarin. Angin kencang disertai hujan membuat gelombang di sekitar pesisir cukup tinggi.
Baca Juga:
Soal Program Pensiun Dini PLTU, Komisi VII DPR Sebut APBN Tak Akan Kuat
"Pada hari Kamis itu sekitar jam 14.00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB angin pada waktu itu cukup kencang yang berhembus dari laut ke darat yang mengakibatkan gelombang cukup tinggi dan menghantam bibir pantai di sekitar Batu Bintang yang mengakibatkan rumah, warung yang ada sepanjang jalur pantai tersebut terkena abrasi," kata Tenda, Selasa (27/12/2022).
Tenda menyebut sedikitnya empat rumah penduduk yang terkena dampak, satu warung yang juga terdampak. Sebagian dari dapur tempat jualan warga itu terkikis ombak.
"Antisipasinya jadi kami berdasarkan fakta dan prakiraan BMKG mulai dari kemarin kemarin kami menghimbau kepada para nelayan, wisatawan dan juga masyarakat yang ada di bibir pantai Palabuhanratu ini untuk nelayan tidak memaksakan untuk melaut dan wisatawan tidak memaksakan untuk berenang di pantai," ujar Tenda.
Baca Juga:
Penelitian Pakar: Potensi Tsunami Setinggi 34 Meter Intai Pantai Selatan Jabar
"Untuk warga yang ada pesisir pantai untuk tidak nyenyak tidur dan selalu waspada dan apabila perlu ada saudaranya yang dekat untuk menghindari untuk ngungsi sementara," katanya.
Kondisi serupa juga mempengaruhi para nelayan, mereka terpaksa tidak melaut. Mereka memilih untuk menambatkan perahunya ke pesisir, bahkan tidak sedikit juga yang diangkat ke daratan.
"Untuk nelayan tidak melaut belakangan ini kurang lebih dua minggu bisa rekan rekan-rekan ketahui juga di dermaga Palabuhanratu ini kebanyakan untuk perahu perahunya ditambatkan di dermaga, di pantai Cipatuguran juga kebanyakan di naikkan ke darat sebagian ada yang ditambatkan di pantai," papar Tenda.
Ujang, salah seorang nelayan mengaku sudah dua minggu tidak melaut. Warga Palabuhanratu ini mengungkap, ombak dan angin kencang yang dirasakan cukup ekstrem belakangan ini.
"Sudah hampir dua minggu, karena cuaca ekstrim ini menyusahkan kita, ombak disertai anginkan besar. Seperti kemarin saja sudah berangkat melaut sampai balik lagi kita ke darat," keluhnya.
Dampak dari hal itu kata Ujang, ia terpaksa kehilangan penghasilan. "Nggak ada penghasilan selain dari melaut kita enggak ada penghasilan lagi, sejauh ini sekarang belum ada sih bantuan, untuk sekarang sekarang. Bayangkan saja ketinggian (gelombang) hampir dua sampai tiga meter, pas kemarin hujan itu angin kencang segitu, ya dari pada kita ada apa apa mending kita balik lagi," katanya. [ast]