WahanaNews.co | Memasuki musim panen padi pada masa tanam kedua, harga Gabah Kering Panen (GKP)
di wilayah Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kembali anjlok
atau terus mengalami penurunan.
Seperti yang terjadi di Desa Kunci,
Kecamatan Dander, para petani di desa setempat mengeluhkan harga jual gabah
yang jauh di bawah Harga Penentuan Pemerintah (HPP).
Baca Juga:
Pj. Gubernur Adhy: Bentuk Kepastian Hukum Atas Kepemilikan Tanah
Saat ini, harga Gabah Kering Panen (GKP)
di tingkat petani di desa tersebut berkisar antara Rp 3.400 hingga Rp 3.700 per
kilogram.
Selain itu, ratusan hektare tanaman
padi di lahan tadah hujan di desa setempat juga mengalami kekeringan atau
banyak yang mati sebelum masa panen, sehingga banyak petani yang mengalami
gagal panen.
Kondisi tersebut membuat para petani
banyak yang merugi karena modal awal yang dikeluarkan oleh para petani untuk
perawatan dan pembelian pupuk saat musim tanam cukup mahal.
Baca Juga:
Mantan Dirut Ditahan Kejati Jatim, PT INKA Hormati Proses Hukum
Salah satu petani di Desa Kunci,
Kecamatan Dander, Utomo (50), yang ditemui wartawan pada
Sabtu (19/6/2021), mengatakan bahwa harga gabah saat
masa panen kedua tahun ini tidak sesuai dengan harapan masyarakat, karena
harganya kembali anjlok.
Menurutnya, harga Gabah Kering Panen (GKP)
di tingkat petani di desanya saat ini sebesar Rp 3.700 per kilogram, dan cenderung terus mengalami penurunan.
"Sungguh ironis karena harga jual
gabah tidak sesuai dengan harapan petani. Pasalnya saat musim tanam kemarin
kita harus susah payah mendapatkan pupuk dengan harga pupuk yang mahal, karena
pupuk subsidi dari kelompok tani jatahnya kadang tidak mencukupi untuk
kebutuhan sehingga harus membeli pupuk non-subsidi," kata Utomo.
Utomo mengaku bahwa kebanyakan petani
di desanya menjual gabah saat panen atau Gabah Kering Panen (GKP) dan sedikit sekali yang
menjual Gabah Kering Giling
(GKG).
"Hampir semuanya petani di sini
menjual gabahnya saat panen. Biasanya para pembeli datang langsung ke sawah,
jadi kita tidak usah mengantarkan ke rumahnya," kata Utomo.
Terpisah, Kepala Desa (Kades) Kunci,
Kecamatan Dander, Marwik, yang dihubungi wartawan melalui sambungan telepon selulernya,
membenarkan bahwa harga gabah saat masa tanam kedua di tingkat petani saat ini
kembali anjlok, yaitu di kisaran Rp 3.400 hingga Rp 3.700 per kilogram.
"Iya betul. Harga gabah kembali
turun. Tidak mencapai 4.000 rupiah. Sekaran harganya antara 3.400 sampai 3.700
rupiah per kilogram," kata Marwik.
Kades menjelaskan bahwa pada masa
tanam kedua tahun ini, hampir 90 persen petani di desanya menanam padi, hanya
saja dari total lahan yang ada di desanya hanya 50 persen yang mendapatkan
aliran irigasi, sementara separuhnya lagi merupakan sawah tadah hujan.
"Untuk masa tanam kedua ini para
petani di sini hampir semuanya tanam padi. Kalau masa tanam ketiga biasanya banyak yang ditanami kacang," kata Marwik.
Menurutnya, selain harga gabah yang
anjlok, sebagian petani di desanya, khususnya para petandi di lahan tadah
hujan, seperti di kawasan Genengan dan Oro-oro Ombo, juga banyak yang mengalami
gagal panen, karena tidak ada hujan.
Sementara, untuk sawah petani yang
mendapatkan saluran irigasi, ada juga yang mengalami gagal panen karena
diserang hama potong leher.
"Yang gagal panen separo, karena
kekeringan. Kalau biasanya dapat 100 (sak), saat panen ini cuma dapat 40 (sak).
Bahkan ada yang cuma dapat 2 (sak)," kata Marwik.
Saat ditanya apa penyebab anjloknya
harga gabah tersebut, Marwik mengaku tidak tahu secara pasti.
Namun,
menurutnya, setiap panen raya, harga gabah di tingkat petani cenderung turun.
Untuk itu, pihaknya
berharap kepada pemerintah agar memberikan solusi kepada para petani saat panen
raya harga jual padi petani tidak mengalami penurunan.
Untuk diketahui, berdasarkan Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan
Harga Pembelian Pemerintah Untuk Gabah atau Beras,
disebutkan bahwa Harga Penetapan Pemerintah (HPP) gabah ditetapkan dengan ketentuan bahwa harga
pembelian Gabah Kering Panen (HKP)
dalam negeri dengan kualitas kadar air paling tinggi 25 persen, dan kadar hampa
atau kotoran paling tinggi 10 persen, sebesar Rp 4.200 per kilogram di petani
atau Rp 4.250 per kilogram di penggilingan.
Sementara, harga pembelian Gabah Kering Giling (GKG) dalam negeri dengan kualitas kadar air paling tinggi 14 persen,
dan kadar hampa atau kotoran paling tinggi 3 persen, sebesar Rp 5.250 per
kilogram di penggilingan, atau Rp 5.300 per kilogram di gudang Perum Bulog. [dhn]