WAHANANEWS.CO, Garut - Klinik Utama Rotinsulu Dr. H. A. Rotinsulu Garut resmi beroperasi setelah diresmikan langsung oleh Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Azhar Jaya, bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana.
Kehadiran fasilitas layanan kesehatan ini diharapkan mampu memperkuat upaya penanganan penyakit paru dan tuberkulosis (TB) di wilayah Garut dan sekitarnya.
Baca Juga:
Redistribusi Lahan 2025: Garut Tetapkan 1.911 Bidang Tanah dalam Sidang GTRA
Acara peresmian berlangsung di Halaman Klinik Utama Dr. H. A. Rotinsulu Garut, Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, pada Kamis (4/12/2025).
Momentum ini sekaligus menegaskan komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam meningkatkan pemerataan akses layanan kesehatan berkualitas.
Dirjen Kesehatan Lanjutan Kemenkes RI, Azhar Jaya, menilai bahwa potensi pengembangan klinik tersebut sangat besar dan dapat berkembang sesuai kebutuhan masyarakat Garut di masa mendatang.
Baca Juga:
"Champion Horse Racing 2025" Diharapkan Cetak Atlet Pacuan Kuda Garut Bertaraf Nasional dan Internasional
"Ke depan kalau memang dibutuhkan, dan masyarakat banyak yang berobat di klinik ini bisa saja menjadi suatu rumah sakit. Tapi sekali lagi kita lihatlah dulu, saya belum bisa menjanjikan apa-apa, tapi yang jelas ini klinik kita bangun sebagai klinik Utama, di atasnya klinik utama tentu rumah sakit," ujar Azhar Jaya.
Ia menambahkan bahwa berdirinya klinik ini merupakan bentuk penguatan peran pemerintah daerah, mengingat pemerintah daerah adalah pihak yang paling memahami kondisi kesehatan masyarakatnya.
Azhar juga menyampaikan arahan Presiden RI, Prabowo Subianto, yang menargetkan Indonesia keluar dari tiga besar negara dengan beban TB tertinggi di dunia.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya strategi penanggulangan TB yang komprehensif, mulai dari penemuan kasus, dukungan pengobatan, hingga optimalisasi peran Pendamping Minum Obat (PMO).
Azhar mengingatkan masyarakat agar tidak mendiskriminasi pasien TB, terutama yang sudah menjalani pengobatan.
"Kalau orang ini sudah kita temukan, sudah diobati selama dua minggu, maka sebenarnya dia sudah tidak menular lagi," tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Nurdin Yana, menyambut baik peluang pengembangan klinik ini menjadi rumah sakit di masa depan.
Menurutnya, dengan jumlah penduduk mencapai 2,8 juta jiwa, Garut masih kekurangan fasilitas layanan rujukan kesehatan, terutama jumlah tempat tidur rumah sakit.
"Betul yang disampaikan Bu Dokter Leli, beberapa persebaran penyakit yang ada di Kabupaten Garut, nampak-nampaknya juga harapan kami kalau ini jadi rumah sakit tentu di sini komponen-komponen pemangku kepentingan lainnya akan bertambah. Sehingga pada akhirnya akan berbagi tugas barangkali," tutur Nurdin Yana.
Ia menilai jika fasilitas ini berkembang menjadi rumah sakit dengan layanan spesialis paru, maka kehadirannya juga dapat mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Garut.
"Melihat kondisi itu di Rumah Sakit dr. Slamet, nampak-nampaknya akan lebih representatif jika ini diubah menjadi rumah sakit. Tentu dengan catatan melebarkan wilayah, yang ada sekitar 3 hektar di belakang. Sehingga masyarakat kami Insyaallah siap diayomi. Bahkan mungkin saja bisa membantu dalam konteks penanganan AKI/AKB kami yang cukup besar sampai hari ini pak," tambahnya.
Direktur Utama RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu, drg Tri Fajari Agustini, mengungkapkan bahwa pembangunan Klinik Utama Rotinsulu Garut merupakan bukti nyata kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan berbagai pemangku kepentingan untuk memperkuat layanan paru terintegrasi.
Ia menegaskan bahwa target eliminasi TBC cepat menjadi fokus utama.
"Kami semua juga bertekad untuk dapat menyelesaikan pembangunan dari pada Klinik Utama Garut. Kolaborasi ini memperkuat komitmen kita untuk menghadirkan layanan paru yang unggul, menyeluruh, dan terintegrasi, sebagai program eleminasi TBC cepat yang mungkin pada 2029 kami ditargetkan 50 persen daripada eleminasi TBC dapat dituntaskan dengan baik," jelasnya.
Tri juga memaparkan capaian positif klinik tersebut. Pada tahun 2024, angka keberhasilan pengobatan TB mencapai 97 persen, menunjukkan efektivitas pendampingan dan kedekatan layanan terhadap pasien.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, menambahkan bahwa kerja sama erat antara Dinas Kesehatan, Klinik Rotinsulu, Puskesmas, dan komunitas TB telah membuahkan prestasi membanggakan.
Tahun ini, Kabupaten Garut menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Barat sebagai daerah dengan notifikasi terbaik untuk TBC serta kolaborasi klinik terbaik.
"Terus terang kami sangat bahagia sekali menjadi penambah fasilitas rujukan yang ada di Kabupaten Garut," tutup Leli Yuliani.
Klinik Utama Dr. H. A. Rotinsulu Garut menyediakan berbagai layanan, di antaranya poli umum, penyakit dalam, poli paru, patologi anatomi, radiologi, laboratorium, serta layanan kesehatan penunjang lainnya.
Jam pendaftaran pasien dibuka Senin–Jumat pukul 07.30–12.30, sedangkan jam pelayanan berlangsung Senin–Kamis pukul 07.30–16.00 dan Jumat pukul 07.30–16.30.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]