WahanaNews.co, Surabaya - Program pemerintah Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto salah satu diantaranya adalah kemandirian pangan secara nasional. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyambut baik program tersebut dan mendukung sepenuhnya.
Untuk itu, Pada Tahun Anggaran 2025, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur mengalokasikan kegiatan Akselerasi Swasembada Gula Nasional melalui pengembangan Areal Tebu dan Bongkar Ratoon seluas 120 ha pada bulan Juni-Juli (Pola A) dan September (Pola B). Selain itu, juga melaksanakan demplot budi daya tanaman tebu dengan judul kegiatan "Peningkatan Produktivitas dan Rendemen melalui Kolaborasi Empat Aktor dalam Ekosistem Tebu (Pendekar Tebu) yang dilaksanakan dengan melibatkan 4 aktor dalam ekosistem tebu, yakni Pemerintah, Petani, Paberik Gula dan kalangan akademisi. Demikian dikatakan Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Ir. Dydik Rudy Prasetya, MMA, melalui Kepala Bidang Tanaman Semusim, Prasojo Bayu, Ph.D.
Baca Juga:
Tanam Padi Bersama di Hatulian, Wakil Bupati Toba Minta Penyuluh Serius Beri Perhatian
Dalam mendukung program tersebut, Setidaknya terdapat 29 kabupaten/kota yang tersebar di seluruh Jawa Timur yang membudidayakan tanaman tebu dengan 5 kabupaten yang memiliki luas areal tertinggi yakni Malang, Kediri, Lumajang, Jombang dan Blitar.
Untuk mengolah tebu hasil petani terdapat 29 unit Paberik Gula yang beroperasi di Jawa Timur, tersebar mulai dari Ngawi hingga Banyuwangi.
Dari sejumlah Pabrik Gula tersebut menghasilkan gula rata rata lebih dari 1 juta ton per tahunnya. Pada musim giling tahun 2024, produksi gula kristal putih mencapai 1,2 juta ton. Musim giling tahun 2025 masih terus berjalan dan diperkirakan akan selesai di bulan November.
Baca Juga:
Wakil Bupati Paluta Menghadiri Panen Cabe Merah Di Desa Aek Siala.
Selama 10 tahun terakhir kontribusi produksi gula Jawa Timur konsisten berada di atas angkai 1 juta ton. Per tahun. Tahun 2024 kontribusi Jawa Timur terhadap nasional mencapai 51,87%, tambahnya.
Tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, adalah melaksanakan pembinaan dan pendampingan kepada petani tebu agar pasokan bahan baku tebu ke pabrik gula terjamin kualitas dan ketersediaannya. Di samping bertanggung jawab dalam urusan on-farm, Dinas Perkebunan secara berkala melakukan pendataan stok dan produksi gula yang berada di pabrik gula.
Konsumsi gula per kapita per tahun 6,48 kg. Jika diasumsikan penduduk Jawa Timur 40.995.515 jiwa, maka konsumsi gula kristal putih di Jatim per tahun 265.650.937 kg, atau setara dengan 265.651 ton per tahun, setara 22.137 ton per bulan.
Pada perayaan HBKB (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri Natal dan Tahun Baru, konsumsi gula biasanya meningkat 10%. Bila diasumsikan Idulfitri dan Natal selama 2 bulan, maka diperkirakan lonjakan konsumsi gula kristal putih sebesar 4.427, 4 ton. Dengan demikian, kebutuhan gula kristal putih di Jatim rentang waktu 1 tahun sebesar 270.078,4 ton. Dari perhitungan kebutuhan konsumsi tersebut bila produksi gula dari Jatim sebesar 1,2 juta ton per tahun maka terdapat surplus sebesar 930.000. Ton.
Swasembada gula nasional dapat terwujud dengan adanya pengelolaan yang sinergis antara proses on-farm (hulu) dan of farm (hilir). Proses on farm dapat berjalan dengan baik jika sarana produksi budidaya tebu dapat terjamin ketersediaannya, antara lain benih, pupuk, obat obatan dan sistem pengairan yang baik. Sedangkan proses off farm banyak dipengraruhi tata kelola tebang muat angkut tebu, tata Niaga tebu dan gula, dan tingkat efisiensi paberik gula. Dengan demikian, untuk mewujudkan swasembada gula harus ada penanganan secara serius, baik ditingkat on farm maupun of farm..
Berdasarkan data luas areal di tahun 2023 dan 2024, terjadi peningkatan dari 218 ribu hektare menjadi sekitar 246 ribu hektare di tahun 2024. Peningkatan luas areal tebu tersebut mengindikasikan bahwa gairah petani tebu untuk membudidayakan tanaman.
[Redaktur: Sopian Simanjuntak]