WahanaNews.co | Meski dilanda pandemi Covid-19 dan juga terbatasi oleh kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), tradisi pembagian bubur asyura di Kudus masih terus berlanjut.Pembagian bubur asyura di kompleks Masjid Sunan Kudus adalah tradisi turun temurun. Tahun ini ada 950 porsi bubur asyura yang dibagikan jelang acara puncak Buka Luwur Sunan Kudus.Bubur asyura tidak asing bagi masyarakat di sekitar kompleks Makam, Menara, Masjid Sunan Kudus. Biasanya bubur tersebut dibagikan kepada masyarakat setiap tanggal 9 Muharram."Untuk warga sekitar (kompleks Makam, Menara, Masjid Sunan Kudus) karena jumlahnya juga terbatas. Jadinya 700 porsi yang ditaruh pada samir sama 250 porsi yang ditaruh pada takir," kata Humas Panitia Buka Luwur Makam Sunan Kudus, Muhammad, Rabu (18/7/2021).Bubur asyura sendiri bubur yang dibuat dari sembilan bahan pokok dan dicampur dengan sembilan topping. Bubur asyura ditaruh di atas daun pisang. Bubur asyura biasanya dibagikan kepada masyarakat saat 9 Muharram.Bubur asyura sendiri bubur yang dibuat dari sembilan bahan pokok dan dicampur dengan sembilan topping. Bubur asyura ditaruh di atas daun pisang. Bubur asyura biasanya dibagikan kepada masyarakat saat 9 Muharram.Dia mengatakan bubur asyura tersebut dimasak oleh ibu-ibu warga setempat. Di tengah pandemi proses memasak dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Jumlah juru masak pun dibatasi."Ini tengah dimasak oleh ibu-ibu kemudian dibagikan kepada warga sekitar, selain itu bubur itu untuk sajian maulidan nanti malam. Maulidan selesai magrib untuk ibu-ibu, maulidan untuk selepas isya untuk bapak-bapak," ungkap dia.Kharis mengatakan ada sembilan bahan baku untuk membuat bubur asyura. Di antaranya beras, kacang tanah, kacang tolo, kedelai, kacang hijau, ubi, singkong, jagung, dan pisang."Sedangkan untuk tambahan topping ada sembilan yakni telur dadar, teri jeruk udang, kecambah, tahu, tempe, pentol sendiri gading dicampur kelapa muda dan dibumbui, dan cabai merah," jelasnya."Proses memasaknya membutuhkan waktu sekitar tiga jam," sambungnya.Kharis menambahkan pembuatan bubur asyura merupakan tradisi turun temurun. Menurutnya bubur asyura tidak terlepas dari cerita Nabi Nuh yang selamat dari musibah banjir. Hingga akhir membuat bubur asyura dan dilestarikan oleh para ulama termasuk Sunan Kudus hingga sekarang."Itu untuk sebenarnya dari tradisi ulama terdahulu, itu tradisi dari Nabi Nuh ketika diselamatkan oleh Allah dari banjir bandang itu melalui kapal itu pas bulan Asyura. Kemudian diperintahkan untuk memasak karena makanan tinggal sedikit kemudian itu dijadikan bubur. Makna itu diteruskan oleh ulama-ulama termasuk Sunan Kudus," jelasnya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.