WAHANANEWS.CO, Jakarta - Goh Cheng Liang, tokoh penting di balik kejayaan Wuthelam Group, raksasa cat dan pelapis dinding, meninggal dunia pada usia 98 tahun, sosok ini dikenal luas sebagai salah satu orang terkaya Singapura menurut daftar miliarder global Forbes 2025.
Dalam pernyataan resmi keluarga yang dikutip dari media Singapura Strait Times, disebutkan bahwa Goh menghembuskan napas terakhir pada pagi hari dengan dikelilingi oleh orang-orang terkasih.
Baca Juga:
Karyawatinya Ketahuan Melahirkan Lagi, Anak Elon Musk Kini 12
Forbes mencatat bahwa kekayaan bersih Goh Cheng Liang mencapai sekitar 13 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 211,34 triliun dengan kurs Rp 16.250 per dolar AS.
Kekayaan Goh berasal dari kepemilikan saham mayoritas di Nippon Paint Holdings, perusahaan cat berbasis di Jepang, namun di balik kesuksesannya tersimpan kisah hidup penuh perjuangan.
Lahir dari keluarga miskin, Goh Cheng Liang menghabiskan 12 tahun pertama hidupnya di sebuah rumah toko di River Valley Road, Singapura, dengan biaya sewa hanya 3 dollar AS per bulan, ia tinggal berdesakan bersama orang tuanya, tiga saudara perempuan, dan satu saudara laki-laki.
Baca Juga:
5 Negara dengan Miliarder Terbanyak di Dunia
Masa kecilnya diwarnai oleh gejolak Perang Dunia II, saat konflik semakin memanas, orang tuanya mengirim Goh kecil ke Muar, Johor, untuk tinggal bersama saudara iparnya yang berprofesi menjual jaring ikan, ia baru kembali ke Singapura pada tahun 1943.
Setelah perang usai, Goh Cheng Liang mencoba peruntungan dengan menjual air soda, namun bisnis tersebut tidak bertahan lama sehingga ia kemudian bekerja di sebuah toko perangkat keras, di sanalah ia mulai mengenal dunia perdagangan bahan bangunan.
Titik balik hidup Goh terjadi pada tahun 1949 saat tentara Inggris melelang perlengkapan perang, Goh membeli beberapa barel cat sisa dengan harga murah, berbekal kamus Mandarin tentang bahan kimia, ia bereksperimen mencampur warna dan menambah pelarut hingga terciptalah cat merek Pigeon, produk yang menjadi cikal bakal kerajaan bisnisnya di kemudian hari.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]