WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Bekasi memberikan dukungan terhadap Program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), sebuah inisiatif dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) yang mendorong keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara fisik dan emosional.
Dukungan ini disampaikan oleh Asisten Daerah I Setda Kabupaten Bekasi, Hudaya, yang hadir mewakili Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang, dalam kegiatan Kelas Gerakan Ayah Teladan yang digelar untuk pegawai ASN dan non-ASN pria di Aula KH Noer Alie, Gedung Bupati Bekasi, Jumat (12/9/2025).
Baca Juga:
Anak Perempuan yang Sejak Kecil Suka Peluk Ayahnya: Potret Sukses dan Kekayaan Di Masa Dewasa
Dalam sambutannya, Hudaya menekankan bahwa keberadaan ayah dalam keluarga sering kali belum menyentuh aspek emosional anak-anak.
Ia menegaskan pentingnya ayah untuk tidak hanya berperan sebagai pencari nafkah, melainkan juga menjadi sosok yang mendidik, memberi contoh, dan menjadi sahabat bagi anak-anaknya.
“Cinta ibu hadir dalam kelembutan dan perlindungan, sementara cinta ayah hadir dalam pembentukan karakter, tanggung jawab, kemandirian, rasa percaya diri dan keberanian. Keduanya harus saling melengkapi agar lahir generasi yang tangguh dan hebat,” katanya.
Baca Juga:
Bejat, Seorang Ayah di Padang Sidempuan Tega Cabuli Anak Kandung Sendiri
Hudaya juga berharap kegiatan ini menjadi momen refleksi, terutama bagi aparatur sipil negara dan masyarakat umum, dalam mengoptimalkan peran ayah dalam proses pengasuhan.
“Mari kita jadikan peran ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sahabat, pendidik dan teladan bagi anak-anaknya. Semoga upaya ini dapat melahirkan generasi penerus yang handal dan unggul,” ucapnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Kemendukbangga, Nopian Andusti, yang hadir secara virtual, menyoroti maraknya fenomena fatherless atau minimnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan.
Kondisi ini, menurutnya, membawa dampak serius terhadap perkembangan anak dan remaja.
Data Yudisia menunjukkan bahwa 20,9 persen anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran figur ayah dalam pengasuhan.
Sementara menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 37,17 persen anak usia 0–5 tahun yang diasuh oleh kedua orang tuanya secara bersama-sama.
Lebih lanjut, Survei Sosial Budaya dan Pendidikan (Susenas MSBP) 2024 mencatat bahwa 10,32 persen anak usia dini bahkan mengalami ketidakhadiran fisik ayah dalam kehidupan sehari-hari.
“Ketahanan keluarga tidak bisa hanya dibebankan pada ibu. Ayah juga harus hadir secara seimbang dalam pengasuhan,” ujarnya.
Nopian juga menambahkan bahwa keterlibatan ayah secara aktif terbukti berdampak positif pada kesehatan mental, perkembangan kognitif, serta rasa percaya diri anak.
“Anak membutuhkan ayah sebagai teladan. Kehadiran ayah yang seimbang dengan ibu akan membuat anak lebih percaya diri, memiliki karakter mandiri, bertanggung jawab dan siap menghadapi tantangan masa depan,” katanya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Kemendukbangga telah meluncurkan Kelas GATlink dan layanan konsultasi berbasis daring (biling) yang memberikan edukasi dan pendampingan kepada para ayah maupun calon ayah, termasuk kalangan ASN, mengenai pentingnya peran mereka dalam mendampingi tumbuh kembang anak.
“Menjadi ayah teladan bukan berarti harus sempurna. Tetapi bagaimana figur ayah benar-benar hadir, menjadi panutan, tempat anak mengadu, berdiskusi dan merasa dekat secara emosional. Itu yang diharapkan anak-anak kita,” ucapnya.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]