WahanaNews.co | Kepala Perwakilan (Kaper) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat, Wahidin mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan media massa untuk memberikan pemahaman tentang stunting di tengah-tengah masyarakat.
Dengan menggandeng media massa, pihaknya berharap dapat membantu dalam mempercepat penurunan angka stunting.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
"Banyak di masyarakat yang memahami cebong atau pendek itu stunting. Padahal pendek belum tentu stunting. Sedangkan stunting sudah pasti pendek. Yang paling utama perkembangan otaknya lemah, itu bisa masuk kategori stunting," ujarnya saat melakukan konferensi pers yang dilaksanakan di Pesantren Syifaus Shudur, RT 02 RW 02 Desa Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Kamis (8/12/2022).
Wahidin juga mengungkapkan, jika angka stunting di Jawa Barat masih terbilang memprihatinkan dengan berada di angka 24,5 persen.
"Kalau banyak yang stunting meresahkan, nanti di Tahun 2045 orang dewasa nya banyak yang lemot," terangnya.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
Tak hanya itu, dari survei data Status Gizi Indonesia tahun 2021 lalu, angka stunting paling tinggi ada di Kabupaten Garut. Sedangkan yang terbaik ada di Kota Depok.
"Kalau tahun 2022, survei terakhir di bulan Oktober. Dan hasilnya akan keluar di bulan ini. Saya sangat yakin, di Garut akan mengalami penurunan," ungkapnya.
Oleh sebab itu, Wahidin berharap, dengan adanya peran dari media massa dapat membantu percepatan penurunan angka stunting di Jawa Barat.
"Mudah-mudahan kedepan ada rilis tiap minggu, kalau bisa tiap hari ada rilis agar masyarakat lebih tau masalah stunting," paparnya.
Di tempat yang sama, Kordinator Advim BKKBN Jabar, Herman Melani mengungkapkan, pihaknya telah membentuk Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) yang didalamnya ada penulis, pemerhati KB hingga awak media.
"Karena program percepatan penurunan stunting tingkat Provinsi sampai ke tingkat Kampung KB ini harus benar-benar tersosialisasikan dengan baik," kata Herman.
Herman juga menambahkan, Jawa Barat memiliki target Zero New Stunting di Tahun 2024. Sehingga dengan adanya edukasi melalui media massa, dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait stunting.
Sementara itu, Perwakilan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat, Tantan Sulton Hasabuan, menyampaikan, dengan peran dari media massa, dapat mempercepat proses edukasi kepada masyarakat terkait pemahaman stunting.
"Pers punya peran edukasi kepada masyarakat. Namun memiliki keterbatasan dilapangan. Diharapkan, dengan adanya rilis dari Humas BKKBN Jabar bisa mempercepat edukasi dan penurunan angka stunting melalui media massa," tuturnya. [sdy]