Hal sama juga disampaikan oleh politisi PDIP Sutrisno Pangaribuan.
Dia berpandangan penolakan terhadap Bobby yang disampaikan oleh sejumlah kader Golkar Sumut adalah aspirasi kader kepada partainya yang mesti diapresiasi.
Baca Juga:
Bawaslu Kulon Progo Kembalikan Sisa Dana Hibah Pilkada Rp3,3 Miliar
"Sebagai teman dalam politik, sikap rekan- rekan partai Golkar Sumut harus diapresiasi sebagai perwujudan demokrasi internal partai.”
“Partai yang serius membangun kelembagaan partainya akan mengutamakan kader sendiri dalam Pilkada. Kecuali partai yang pragmatis, pasti akan tergiur dengan kekuasaan," kata Sutrisno.
Golkar dan PDIP memiliki perolehan kursi di DPRD Sumut yang memungkinkan keduanya mengusung calon Gubernur pada Pilkada 27 November 2024.
Baca Juga:
Azhar Bintang Lapor Balik Cabupnya di Pilkada Dairi 2024 ke Polisi
Sebagai partai pengusung calon Gubernur Sumut, Sutrisno berharap Golkar tidak mengorbankan kader terbaiknya seperti yang dilakukan PDIP pada pemilihan wali Kota Medan 2020 silam.
“Banyak belajar dari pengalaman buruk PDIP, hanya karena kekuasaan kader sendiri disembelih. PDIP sudah mengalaminya, Golkar mau ikut-ikutan dikhianati.”
“Bagi PDIP lebih menarik kontestasi politik jika Musa Rajekshah yang dimajukan sebagai cawagub. Ijeck lebih menarik untuk dijadikan lawan tanding yang sepadan bagi PDIP.