Tak hanya perkuat pasokan listrik, pembangunan PLTGU ini juga disebut lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih kecil.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah fokus pada upaya transisi energi. Hal ini merupakan strategi panjang seluruh bangsa di dunia untuk menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan mencapai Net Zero Emission (NZE), agar dapat meminimalisir perubahan iklim.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Untuk itu, saat ini gas dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai jembatan menuju 100 persen Energi Baru Terbarukan (EBT).
Menurut Arifin, Indonesia masih memiliki potensi gas yang cukup banyak sekaligus menjadi komoditi energi yang penting, terutama dalam mendukung proses transisi energi.
"Emisi yang dikeluarkan dari sumber energi fosil, antara lain batubara, emisi buangnya itu dua kali lipat dibandingkan dengan gas," jelas Menteri ESDM.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Dengan beroperasinya PLTGU Riau, daya mampu sistem kelistrikan Sumatera akan meningkat menjadi 7.266 MW dengan beban puncak mencapai 6.823 MW, sehingga cadangan sistem kelistrikan Sumatera menjadi 443 MW.
PLTGU Riau sendiri dikembangkan oleh PT Medco Racth Power Riau, anak usaha patungan antara PT Medco Power Indonesia bersama RATCH Group Public Company Limited.
"Harus diupayakan, harus bisa menciptakan demand-demand baru agar kita bisa memenuhi kapasitas nasional seoptimum mungkin. Sehingga utilisasinya bisa maksimum," pungkas Arifin. [Tio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.