WahanaNews.co | 53 rumah warga terendam banjir di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tinggi muka air mencapai 50 sampai 60 sentimeter.
"Terdapat 53 KK terdampak," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, Sabtu (20/11).
Baca Juga:
Prabowo Subianto Gelar Rapat Terbatas dari Amerika Serikat, Terkait Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Laki Laki di Flores Timur
Abdul menjelaskan, banjir terjadi pada Jumat (19/11) pukul 14.35 WIB. Setelah Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
BPBD Kabupaten Banyuwangi melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk penanganan banjir dan kaji cepat di lapangan. BPBD juga menyiapkan bantuan untuk warga terdampak.
Abdul juga melaporkan data korban terdampak banjir dan tanah longsor di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga saat ini, ada lima kecamatan terdampak dan 247 rumah terendam banjir.
Baca Juga:
Pemerintah Provinsi Bengkulu Bangun Infrastruktur Jalan dan Jembatan Pasca-Bencana Alam
"Satu warga mengalami luka berat dan telah mendapatkan perawatan di RSUD Ende," ujarnya.
Banjir dan tanah longsor terjadi pada Kamis (18/11) pukul 19.35 WITA. Tinggi muka air saat banjir sekitar 120 sentimeter. Lima kecamatan terdampak yakni Kecamatan Ende Timur, Kecamatan Ende Selatan, Kecamatan Ende Tengah, Kecamatan Ende Utara dan Kecamatan Ndona.
BPBD Kabupaten Ende menerjunkan tim ke lokasi untuk melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan lintas instansi terkait. Tim membersihkan rumah yang terdampak banjir menggunakan pompa air, kemudian memberikan bantuan kepada warga.
BNPB mengimbau para pemangku kepentingan dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam menghadapi fenomena La Nina. Fenomena ini berdampak pada kenaikan intensitas hujan dan bisa memicu terjadinya banjir, banjir bandang, dan longsor.
"Pemilihan penanaman tanaman berbasis vegetasi dapat dilakukan guna mengikat struktur tanah dan mampu menyerap air pada saat kondisi cuaca ekstrem yang dapat memicu ancaman potensi bahaya hidrometeorologi," tutup Abdul. [rin]