WAHANANEWS.CO, Banda Aceh - Komunitas yang menamakan diri Relawan Donasi Peduli Gayo membawa 12 ton beras untuk didistribusikan kepada masyarakat di dataran tinggi Aceh yang terisolasi akibat banjir bandang dan tanah longsor.
"Kita dari komunitas terus berupaya membantu memberikan yang terbaik. Semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat kita yang sedang dalam musibah ini," kata Koordinator Komunitas Donasi Peduli Gayo Mugie dikutip dari Antara di Takengon, Selasa (9/12/2025).
Baca Juga:
Defisit 40 MW Tak Halangi PLN Percepat Pemulihan Kelistrikan Aceh
Komunitas peduli ini terbentuk atas inisiasi dari gabungan para pengusaha di Aceh Tengah yang dikoordinir langsung oleh tiga pengusaha lokal, yakni Mugie, Andi, dan Sona.
Mereka terpanggil membantu sesama atas dasar kemanusiaan. Di masa awal pasca-bencana (hari keempat) komunitas ini langsung bergerak mengumpulkan donasi termasuk dari rekan dan mitra pengusaha lain dari berbagai daerah.
Andi mengatakan banyak tantangan harus dihadapi dalam misi kemanusiaan ini, bahkan sudah dirasakan sejak tahap awal pengambilan barang bantuan untuk bisa masuk ke Aceh Tengah.
Baca Juga:
Gubernur Aceh Marah Saat Tahu Bupati Aceh Selatan Umrah di Tengah Bencana
Oleh karena wilayah tersebut tak bisa diakses melalui jalur darat pasca-bencana, hal itu menjadi kendala dalam pendistribusian barang bantuan.
Alternatif pengiriman barang menggunakan pesawat kargo, kata dia, tidak mungkin karena membutuhkan biaya operasional tinggi.
Selain itu, jadwal padat dan kalau harus menunggu bisa memakan waktu lama. Jika memiliki biaya cukup, alternatif hanya bisa dengan carter pesawat kargo.
"Pasca-bencana Aceh Tengah terisolasi sampai sekarang. Semua akses jalan darat putus total. Jadi setiap ada barang masuk, kita harus kumpulkan orang untuk angkut dengan cara dipikul," katanya.
Dia mengatakan bahwa membawa bantuan ke Aceh Tengah bisa dilakukan melalui jalur darat lewat simpang KKA yang menghubungkan Aceh Tengah ke Kota Lhokseumawe.
Akan tetapi, katanya, tantangannya masih ada sejumlah lokasi jalan putus dan tertimbun longsor sehingga bantuan harus dipikul dan berjalan kaki melewati medan terjal yang ekstrem dan penuh tantangan.
"Anggota relawan kita harus jalan kaki sambil pikul barang. Memang banyak tantangan yang harus kita hadapi. Tapi ini sudah tugas kita sebagai relawan," ujarnya.
Ia menjelaskan jalur terberat dalam pengambilan barang yakni dari lokasi Kampung Kem, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah.
Dari lokasi tersebut, relawan harus berjalan kaki selama lima jam sambil memikul barang. Terkadang, tim harus mendaki dan menuruni tebing curam serta melewati tumpukan material longsor di badan jalan.
Setiap pengambilan barang, tim harus mengerahkan 100-200 relawan untuk dapat mengangkut seluruh barang bantuan yang jumlahnya bisa mencapai dua ton.
"Untuk tim relawan kita mengajak rekan-rekan dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, LSM, dan anggota Polri," kata dia.
Hingga saat ini, banyak donasi dikumpulkan dan didistribusikan langsung kepada korban bencana. Rinciannya mencakup bantuan beras, sarden, pembalut, pampers, selimut, dan obat-obatan.
Ia mengapresiasi berbagai pihak yang telah peduli dan ikut donasi demi membantu sesama.
"Kami menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang telah ikut membantu dan berdonasi," katanya.
Selain bekerja mengumpulkan donasi dan mendistribusikan bantuan, komunitas ini membuka posko darurat bencana di Takengon, yakni di Basecamp 813 Jaya milik Mugie.
Posko tersebut ikut membantu masyarakat menyediakan akses internet gratis hingga dapur umum. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan warga untuk menelepon dan menanyakan kabar keluarga mereka pasca-bencana.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina/Antara]