Ia juga menyebutkan, bahwa kasus rabies terjadi di sejumlah wilayah di Pulau Bali, karena masyarakat melepas anjingnya berkeliaran dengan bebas.
Lalu, anjing tersebut bertemu dengan anjing yang positif rabies dan berkelahi lalu terkena gigitan sehingga menular.
Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Bali Batalkan 90 Penerbangan Dalam Sehari
"Iya rata-rata dilepas, iya maklum kalau di kampung-kampung, di desa-desa, jarang mengikat anjing. Karena begitu sayangnya mereka sama binatang, kadang-kadang tidur bareng, kebetulan anjing itu bebas liar mereka tidak tahu kemana mungkin, ada yang positif karena habis berkelahi (dengan anjing lainnya) sehingga ketularan," ujarnya.
Selain itu, dia menyebut bukan berarti anjing liar dan kotor itu positif rabies.
Menurutnya bisa saja anjing rumahan yang dipelihara dan bagus juga positif rabies.
Baca Juga:
BNNP Bali Gerebek Narkoba, Oknum Polisi Tertangkap Diserahkan ke Propam
"Walaupun anjing rumahan yang memang mereka menganggap anjingnya aman, pernah berkelahi dengan anjing yang positif akhirnya melalui dari situ (tertular rabies)," ujarnya.
Ia menyebut memang vaksinasi anjing untuk rabies di Bali masih rendah yang mencapai sekitar 31 persen di data Bulan November 2022.
Widya juga mengimbau, bagi masyarakat Bali yang menyayangi binatang peliharaannya agar divaksinasi.