Menurut Handianto hal itu jelas mempengaruhi pendapatan
pengelola mal itu sendiri. Apalagi, kata dia mall-mall berstatus trade center
yang kondisinya kurang.
"Kan bisa lihat sendiri kondisi mal apalagi yang
menengah ke bawah kayak Trade center. Itu ya kayak begitu. Karena kalau trade
center ini-nya (fokus) belanja. Sementara daya beli berkurang. Kemudian juga
orang juga ada rasa takut untuk datang ke mall ditambah sekarang banyak aturan
ya, tahu sendiri masyarakat bagaimana," tuturnya.
Baca Juga:
Ini 5 Mal di Jakarta yang Pas Dikunjungi saat Libur Imlek 2023
"Padahal sebenarnya kalau kami dari pengelola mal kita
taat, kita jalani segala macem aturan kita jalani. Hanya yang disayangkan itu
tadi, mal boleh buka tapi banyak pembatasan. Bukan pembatasan kapasitas ya,
kalau kapasitas tidak kami inikan. Kalau kapasitas oke, tapi pembatasan jenis
usaha ini tidak boleh buka, nah itu yang berdampak sekali buat kita," kata
Handianto menambahkan.
Salah satu yang berpengaruh, kata dia masih adanya
pembatasan jenis usaha di dalam mall salah satunya arena bermain atau hiburan.
Hal ini tentu mempengaruhi jumlah kunjungan yang berimbas pada pendapatan.
"Bioskop lah kemarin sebelum PPKM sudah boleh buka itu
kunjungan mal drastis naik ditambah ada film bagus. Sekarang PPKM tutup nggak
boleh lagi buka. Sekarang begini saja, mal sekarang bukan untuk belanja beda
dengan 10 tahun lalu."
Baca Juga:
Golden Truly Bakal Digantikan Mal Singapura 'Mustafa Center'
"Dulu orang belanja ke mall, kalau sekarang bukan untuk
belanja. Orang buat hang out buat jalan-jalan, dia punya uang belanja, ada
barang bagus dia beli. Tapi tujuannya bukan buat itu, dia jalan-jalan main yang
punya anak, keluarga dia ajak main anaknya ya ortu diem liatin. Terus
jalan-jalan ada bagus barang dia beli. Sekarang arena main anak nggak
boleh," ucapnya. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.