WahanaNews.co | Polda Banten membongkar produksi madu
palsu di daerah Jakarta. Madu
abal-abal itu kemudian dibungkus sedemikian rupa, hingga terlihat alami dan
memiliki corak khas Lebak, Banten.
Setidaknya,
ada tiga tersangka yang ditangkap, yakni MS(47) pemilik rumah produksi,
TM (35) pembuat madu, dan AS (24) sebagai pemasar.
Baca Juga:
Viral Memo “Titipan Siswa” DPRD Banten, PKS Bereaksi Keras
Para pelaku menjual madunya seharga Rp 24 ribu per liter. Kemudian oleh pengepul dijual ke
pengecer seharga Rp 70
ribu. Sampai ke masyarakat, harganya mencapai Rp 200 ribu per liter.
Pemerhatiadat Baduy, Uday Syuhada, meminta pihak kepolisian bisa mengungkap otak intelektualnya.
"Kita tahu Baduy itu unik, mereka terkenal sebagai
masyarakat yang penuh kejujuran, sederhana. Kearifan lokal ini yang
dimanfaatkan oleh jaringan itu sebagai pemasar, itulah yang diambil oleh oknum
yang tergabung dalam sindikat madu palsu tersebut. Penegak
hukum mengambil aktor intelektualnya, jangan mengorbankan masyarakat adat
Kanekes yang selama ini hidupnya bersahaja," kata pemerhati Budaya Baduy,
Uday Syuhada, ditemui wartawan di
Kota Serang, Banten, Rabu (11/11/2020).
Baca Juga:
Tol Menuju KEK Tanjung Lesung Hampir Rampung, MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong Pembenahan Infrastruktur Pariwisata
Menurut Uday, banyak anak muda Baduy Luar dieksploitasi oleh
sindikat pemalsu madu, untuk memasarkannya melalui media sosialdan dijual
secara tradisional, dengan berjalan kaki atau bertemu langsung dengan
pelanggannya.
Diperlukan upaya serius kepolisian untuk membongkar sindikat
pemalsu madu yang memanfaatkan suku asli Banten tersebut.
"Saya ingin mendorong Polda (Banten) menegakkan hukum
seadil-adilnya, komunitas adat Baduy sebagailocalwisdom-nya
harus kita selamatkan. Karena Baduy dalam hal ini menjadi korban, dalam
sindikat pemalsuan madu tersebut. Tentu masyarakat Baduy Luar yang
dieksploitasi oleh pihak lain," terangnya.
Menurutnya, sebelum madu palsu masuk ke Suku Baduy, anak mudanya masih rajin
menggarap ladang. Namun kehidupan remajanya berubah, semenjak madu abal-abal
masuk.
Perubahan orientasi hidup ini dikarenakan gencarnya sindikat
pemalsu madu membujuk rayu generasi penerus suku asli Banten itu untuk
memasarkannya, dengan memanfaatkan kejujuran dan keramahtamahannya.
"Bayangkan mereka yang biasanya menemani orangtuanya ke
ladang, berhuma, tetapi dengan iming-iming mencari uang dengan mudah, dengan
menjual madu tersebut melalui medsosnya, tentu orientasinya berubah, banyak
anak muda Baduy ini enggan pergi ke ladang," tuturnya. [dhn]