WAHANANEWS.CO, Jakarta – Wali Kota Jakarta Pusat Arifin menyampaikan, angka prevelensi stunting atau kekurangan gizi kronis di Jakarta Pusat menurun, dari 3,3 persen menjadi 3,1 persen.
"Sepanjang tahun ini secara maksimal kita upayakan, alhamdulillah di tahun ini terjadi penurunan dari 3,3 persen menjadi 3,1 persen," kata Arifin dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2025 di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2025).
Baca Juga:
PLN–BGN–TNI AU Resmikan Dapur Gizi di Lanud Atang Sendjaja untuk Percepat Penanganan Stunting
Wali Kota Jakarta Pusat Arifin mengatakan, capaian tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya yang terus digencarkan sepanjang tahun. Meski begitu, ia menegaskan penanganan stunting masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dilanjutkan pada 2026.
"Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) tahun 2026 untuk bisa kita terus lakukan secara berkesinambungan. Salah satu contoh, misalnya penanganan stunting kita yang ada di Jakarta Pusat," kata Arifin di Jakarta, Selasa (30/12/2025) mengutip Antara.
Menurut Arifin, penurunan angka stunting menjadi 3,1 persen menunjukkan adanya progres. Namun, hasil tersebut dinilainya belum sepenuhnya optimal dan masih perlu ditekan lebih jauh.
Baca Juga:
Dedi Mulyadi Wacanakan Pemprov Jabar Ambil Alih Pembangunan Jalan Desa
"Kita akan upayakan kembali, karena pada tahun ini terjadi penurunan dari 3,3 menjadi 3,1 persen. Ini menurut saya bagian dari upaya, dan kita terus fokus agar 2026 bisa ditekan lagi kasus-kasus stunting yang ada di Jakarta Pusat," ujarnya.
Selama proses penanganan, Arifin mengaku menghadapi banyak tantangan di lapangan. Hal itu membuat hasil yang dicapai belum maksimal.
Meski begitu, ia menegaskan upaya menurunkan stunting di Jakarta Pusat tidak hanya bergantung pada Suku Dinas Kesehatan. Penanganan juga dilakukan lewat kolaborasi lintas sektor, terutama dengan membenahi lingkungan tempat tinggal warga.
Menurut Arifin, sanitasi yang buruk dan kondisi lingkungan kumuh menjadi salah satu faktor utama pemicu stunting di wilayah padat penduduk seperti Jakarta Pusat.
Karena itu, kolaborasi dengan berbagai instansi terus diperkuat, mulai dari Suku Dinas Perumahan, Suku Dinas Bina Marga, Suku Dinas Sumber Daya Air, hingga Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota.
Ia mencontohkan peran Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota yang ikut mengubah wajah kawasan permukiman padat menjadi lingkungan yang lebih hijau dan layak huni.
Upaya lintas sektor ini diharapkan mampu menekan angka stunting lebih jauh pada 2026, sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga Jakarta Pusat.
[Redaktur: Alpredo Gultom]