"Saya dan suami terus pergi ke rumah bapak Enceng dan ibu
Enok yang berjarak sekitar 10 kilometer di Desa Kobisonta, Ambon. Setelah
bertemu dengan orang tua Trena dan Treni, saya meminta salah satu dari putri
Pak Enceng," katanya.
Ibu angkat Treni, Rini menceritakan, pada tahun 1996 lalu
dia dan suaminya berjualan soto di Ambon, Maluku. Saat itu, dia mendengar ada
orang yang melahirkan anak kembar dan minta untuk salah satu diasuh oleh orang
lain.
Baca Juga:
Besok! PLN Resmikan Pengembangan Ekosistem Biomassa di Tasikmalaya
"Saya dan suami terus pergi ke rumah bapak Enceng dan ibu
Enok yang berjarak sekitar 10 kilometer di Desa Kobisonta, Ambon. Setelah
bertemu dengan orang tua Trena dan Treni, saya meminta salah satu dari putri
Pak Enceng," katanya.
Tidak berselang lama, kondisi perekonomian Rini kurang
membaik, sehingga memutuskan pulang bersama Treni. Sedangkan suami dan anak
kandungnya tetap memilih tinggal di Ambon hingga saat ini.
"Selama 24 tahun, saya merahasikan status Treni karena takut
menyakiti hatinya. Saya asuh seperti anak saya sendiri," kata warga Desa
Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Blitar itu.
Baca Juga:
Kebanggaan Terbaru Era Jokowi: Bendungan Leuwikeris Senilai Rp 3,5 T Siap Beroperasi
Dua saudari kembar Trena Mustika (24) dan Treni Fitriana
(24) akhirnya bertemu setelah 20 tahun lamanya mereka terpisah. Pertemuan
saudarai kembar asal Kota Tasikmalaya, Jawa Barat itu pun seolah tak sengaja
melalui aplikasi TikTok.
Kisah ini berawal saat Enceng Dedi dan Enok Rohaenah, orang
tua Trena Mustika dan Treni Fitriana mengikuti program pemerintah transmigrasi
ke Ambon, Maluku. Saat melahirkan anak ketujuh, ternyata lahir dan diberi nama
Trena dan Treni.
Karena khawatir terjadi sesuatu, orang tua Trena-Treni
percaya bahwa anak kembar akan meninggal jika tidak dipisahkan. Mereka lalu
menitipkan Trena kepada tetangganya, Ustaz Ibrahim yang saat ini tinggal di
Garut.