WahanaNews.co, Karawang - Harapan petani di Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, untuk bisa kembali menikmati aliran air sawah yang lancar tampaknya masih jauh dari kenyataan. Sudah lebih dari tiga tahun, dam parit (dam parit) di Dusun Garunggung, Desa Penyingkiran, ambruk akibat tergerus banjir tahun 2021. Hingga kini, tak ada tanda-tanda perbaikan dari pihak pemerintah daerah.
Di tengah kondisi lahan yang retak dan kering, sejumlah petani berinisiatif membuat tanggul darurat dari karung jerami dan tanah. Meski hanya mampu menahan air beberapa hari, upaya itu mereka lakukan agar tanaman padi tidak mati sebelum panen.
Baca Juga:
Proyek Jalan Desa Rp14 Miliar di Subang Diduga Tak Sesuai Spesifikasi
“Air sudah nggak bisa ngumpul sejak bendungnya jebol. Kami ini cuma pakai karung dan tanah supaya ada sisa air buat nyiram sawah,” ujar Usman (52), salah satu petani setempat, saat ditemui di lokasi, Senin (7/10/2025).
Menurut warga, kerusakan damparit terjadi akibat banjir besar di penghujung 2021. Struktur dinding beton ambrol dan tak lagi bisa menahan aliran air dari hulu. “Waktu itu udah dilaporin ke desa dan kecamatan, tapi belum ada tindak lanjut,” tambahnya.
Ketua kelompok tani “Harapan Jaya”, Sutisna, mengungkapkan akibat kerusakan damparit, sekitar 60 hektare lahan sawah di wilayah Garunggung dan Penyingkiran kini bergantung pada hujan. Produktivitas padi pun menurun drastis.
Baca Juga:
Kontraktor dan Oknum Pejabat Sudin Bina Marga Jakut Akan Dilaporkan ke Polda Metro Jaya
“Biasanya bisa panen 6–7 ton per hektare, sekarang cuma 3 ton. Airnya nggak cukup, padinya banyak yang gagal tumbuh,” katanya.
Selain produktivitas, kerusakan ini juga mengancam ekonomi lokal. Banyak petani yang kini beralih menjadi buruh harian atau mencari pekerjaan di luar desa karena hasil tani tak lagi mencukupi kebutuhan hidup.
Menanggapi hal tersebut, Camat Rawamerta, Dadan Suhendar, mengakui bahwa laporan kerusakan sudah beberapa kali disampaikan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Karawang.