WahanaNews.co | Di era moderenisasi, semua lapisan masyarakat harus tetap melestarikan budaya daerahnya masing-masing, khususnya penggunaan bahasa daerah. Masyarakat harus berani memakai bahasa daerahnya sendiri. Apalagi untuk generasi muda.
Generasi muda Indonesia harus mencintai budayanya masing-masing. Salah satunya bangga menggunakan bahasa daerah daripada menggunakan bahasa asing.
Baca Juga:
Polda Metro Sarankan Pihak yang Merasa Dirugikan Arteria Adukan ke MKD
Seperti pada masyarakat Sunda, tentu bahasa daerah Sunda juga harus selalu digunakan agar menunjukkan jati diri sebagai masyarakat Sunda.
Menurut Dosen Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S., bahasa Sunda termasuk bahasa daerah lainnya menjadi bagian dalam unsur budaya.
Hal ini termaktub dan diatur dalam UUD 1945 Pasal 32 Ayat 2 dan dipertegas melalui peraturan daerah yang berlaku di setiap provinsi di Indonesia.
Baca Juga:
Arteria Dahlan Jadi Bahan Candaan saat Rapat DPR Dengan Kapolri
"Di Jawa Barat, Perda Gubernur Jabar Nomor 5 tahun 2003 dan direvisi tahun 2014, menjelaskan berkaitan dengan Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah (Sunda)," ujarnya dikutip dari laman Unpad, Sabtu (22/1/2022).
Berkaitan dengan hal inilah, bahasa sebagai alat komunikasi, harus dijunjung tinggi keberadaannya, sebagaimana tercantum dalam Sumpah Pemuda.
Dikatakan, penggunaan bahasa Sunda bukan hanya dipakai sebagai alat komunikasi antarsesama orang Sunda. Dalam konteks luas, bahasa Sunda telah dipakai dalam pertemuan ilmiah.
Baik di tingkat nasional maupun internasional, yang memaparkan, membahas, dan mengkaji seputar budaya Sunda.
Dia mencontohkan, di lingkungan Prodi Sastra Sunda Unpad pernah ada mahasiswa yang menulis skripsi dengan menggunakan bahasa Sunda.
Tak hanya itu saja, sastrawan (alm) Ajip Rosidi ketika memaparkan disertasi dan pidato pengukuhan Doktor Honors Causa di Unpad 2011 silam juga menggunakan bahasa Sunda.
"Demikian halnya tokoh Sunda lainnya, seperti Cece Padmadinata. Fakta tersebut membuktikan bahwa bahasa Sunda digunakan di forum ilmiah dalam lingkup nasional maupun internasional," jelasnya.
Upaya pelestariannya Lebih lanjut, Elis mengatakan, kesadaran untuk menjaga dan melestarikan bahasa Sunda jangan menunggu ketika eksistensinya terusik.
Sudah waktunya pegiat dan pelaksana pendidikan bekerja sama mencari solusi dan strategi pengajaran yang dapat diterapkan di semua jenjang pendidikan dan kurikulum yang berlaku.
Strategi diperlukan agar proses pengajaran bahasa Sunda lebih mudah dicerna oleh siswa.
Agar tujuan pendidikan dan pengajaran lebih optimal, diperlukan ‘revitalisasi’ strategi serta metodologi pengajaran yang mumpuni, karena mata pelajaran. Tentunya, peran orang tua juga dibutuhkan untuk mengenalkan dan mengajarkan bahasa Sunda sejak dini kepada anak-anaknya.
Di lingkungan sekolah, guru wajib menguasai padika ‘metodologi’ pengajaran, sebagai cara atau jalan. Sedangkan pamarekan ‘pendekatan, adalah tanggapan atau pandangan berkaitan dengan ciri-ciri, mempelajari, dan mengajarkan bahan ajar.
Untuk metode yaitu beragam skenario atau rancangan untuk menyampaikan bahan ajar dalam rangka merealisasikan pendekatan dimaksud.
Teknik berdasar atas kejadian aktual atau proses operasional di dalam kelas.
Selain itu, guru juga harus ikut berkiprah agar siswa membiasakan diri menggunakan bahasa Sunda.
Meskipun secara undak usuk bahasanya belum sesuai, dengan bimbingan para guru, masalah tersebut lambat laun akan mudah diatasi. [bay]