WAHANANEWS.CO, Nias - Kekerasan terhadap orang lanjut usia kembali mencuat ke permukaan dan memicu kemarahan publik. Kali ini, kasus memilukan terjadi di Nias, Sumatera Utara, di mana seorang nenek berusia 80 tahun diduga menjadi korban penyiksaan oleh anak kandungnya sendiri.
Peristiwa ini mencerminkan urgensi perlindungan terhadap lansia yang semakin rentan mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga.
Baca Juga:
Tragis! Seorang Wanita di Nias Ditemukan Tewas Gantung Diri
Insiden yang mengejutkan itu menjadi sorotan setelah sebuah video yang memperlihatkan kondisi sang nenek viral di media sosial.
Dalam rekaman tersebut, tampak seorang perempuan tua dalam keadaan nyaris seluruh tubuhnya terendam lumpur, tak mampu bangkit atau bergerak bebas.
Ia terlihat hanya bisa menggerakkan satu tangan, menandakan tubuhnya sudah sangat lemah.
Baca Juga:
DPO Terpidana Kasus Pemilu di Nias Serahkan Diri Usai 6 Tahun Kabur ke Berastagi
Diduga kuat, nenek tersebut sengaja dibiarkan terendam di kubangan lumpur bekas galian sumur oleh anaknya selama satu hari penuh hingga malam. Unggahan yang menyebar luas di media sosial menyebutkan bahwa peristiwa itu adalah bentuk kekerasan yang disengaja.
“Anak di Nias biarkan ibunya yang sudah berumur 80 tahun berendam di dalam lumpur bekas galian sumur selama satu hari satu malam,” bunyi keterangan dalam unggahan tersebut.
Dalam video yang viral di media sosial, tampak pula seorang pria berdiri di dekat tubuh sang nenek yang tergeletak dalam keadaan sangat lemah.
Percakapan dalam video terdengar menggunakan bahasa Nias, yang semakin memperkuat dugaan bahwa kejadian tersebut berlangsung di wilayah tersebut.
Peristiwa yang menyayat hati ini memunculkan kemarahan warganet yang mengecam tindakan tidak manusiawi tersebut. Banyak yang menuntut agar pelaku segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.
Pihak Kepolisian Belum Bisa Pastikan Lokasi Kejadian
Menanggapi viralnya video tersebut, pihak kepolisian dari Polres Nias angkat bicara. Kasi Humas Polres Nias, Aipda Martinus Motivasi Gea, menyatakan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan resmi terkait peristiwa yang ada dalam video itu.
“Kita belum mendapat laporan soal itu. Namun, kita akan melakukan penelusuran untuk mengetahui kebenaran dari video tersebut,” ujar Martinus.
Martinus juga membenarkan bahwa percakapan dalam video menggunakan bahasa Nias. Meski demikian, ia menyampaikan adanya ketidaksesuaian antara suara percakapan dan konteks visual video.
“Memang itu bahasa Nias, tapi sejauh ini kami lihat tidak sinkron antara suara dengan kejadian. Itu seperti percakapan dari tempat lain,” ungkapnya.
Karena itu, pihak kepolisian belum dapat memastikan apakah peristiwa tersebut benar-benar terjadi di wilayah Nias. Penelusuran lebih lanjut akan dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi dan pelaku kejadian.
“Jadi belum bisa dipastikan bahwa lokasi kejadian ada di Nias. Kita akan selidiki lebih dalam terlebih dahulu,” tutupnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]