Para peserta berbagi pendapat mereka melalui kolom obrolan daring. Dibimbing fasilitator berpengalaman dari Yayasan Literasi Anak Indonesia dan Taman Bacaan Pelangi, seluruh peserta sepakat bahwa buku yang tersedia di sekolah harus buku yang menarik bagi anak dan sesuai dengan kemampuan membaca anak.
Di hari kedua dan ketiga, strategi pemanfaatan buku mulai menjadi bahasan. Fasilitator menunjukkan cara mengelola dan memajang buku dengan cara yang ramah anak, serta membacakannya dengan cara yang menyenangkan.
Baca Juga:
Dana Apresiasi Kemendikbudristek untuk Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia
Membaca dengan ekspresi dan gestur menjadi kunci agar buku menjadi menarik bagi anak, sehingga mereka semakin terdorong untuk membaca.
Pada hari terakhir pelatihan juga, sejumlah peserta dipilih untuk berbagi rencana pemanfaatan buku di sekolah setelah selesai pelatihan.
Yuli Yanti, peserta dari SD Pulau Palas, Kab. Indragiri Hilir, telah menyusun rencana untuk berkoordinasi dengan guru lain untuk mengajak siswa ke perpustakaan secara rutin.
Baca Juga:
Menko Polhukam Bentuk Tim Khusus Tangani Dugaan TPPO Program Magang
Selain itu, Jekhi Juni dari SDN 3 Senempak, Kab. Melawi juga berbagi rencana pembuatan pojok baca di sekolah.
Dengan berbagai rencana tindak lanjut yang dihasilkan dari pelatihan pemanfaatan buku ini, tenaga pendidik diharapkan dapat mengaplikasikannya dengan baik di sekolah.
Dengan begitu, hasil asesmen nasional pun diharapkan mengalami peningkatan. Sebelumnya, hasil asesmen nasional menunjukkan bahwa 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi literasi minimum.