WahanaNews.co | Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI bermitra dengan ProVisi/Room to Read, Taman Bacaan Pelangi, dan Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) mengadakan pelatihan bertajuk Pelatihan Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.
Pelatihan ini dilakukan untuk mendukung tenaga pendidik dalam menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak-anak.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siap Identifikasi 9 Kerangka Tentara Jepang Korban PD II di Biak
Dr. Muhammad Hasbi, Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek RI dalam sambutannya menekankan kembali pentingnya peran kepala sekolah, guru, dan pustakawan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa dengan memanfaatkan buku bacaan bermutu.
Pelatihan juga dibuka oleh David Strawbridge dari Room to Read yang hadir secara daring untuk berbagi pengalaman beliau.
Kegiatan membaca yang dilakukan bersama anak-anak, berdasarkan pengalamannya mengajar selama puluhan tahun, terbukti memiliki dampak jangka panjang yang positif, tidak hanya bagi anak tetapi juga bagi guru.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siapkan Anggaran Rp14,69 Triliun untuk Program KIP Kuliah 2025
Sebanyak 2.269 peserta menghadiri pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 11-13 Juli, 18, 20- 21 Juli, dan 25-27 Juli 2023.
Pelatihan Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia ini mendukung episode Merdeka Belajar ke-23, di mana Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyoroti penyediaan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu dan pendampingan untuk lebih dari dua ribu pendidik PAUD dan SD yang paling membutuhkan di indonesia untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa.
Di hari pertama pelatihan, peserta diperkenalkan pada peran besar kepala sekolah dan guru dalam menciptakan lingkungan positif yang memotivasi anak untuk membaca.
Para peserta berbagi pendapat mereka melalui kolom obrolan daring. Dibimbing fasilitator berpengalaman dari Yayasan Literasi Anak Indonesia dan Taman Bacaan Pelangi, seluruh peserta sepakat bahwa buku yang tersedia di sekolah harus buku yang menarik bagi anak dan sesuai dengan kemampuan membaca anak.
Di hari kedua dan ketiga, strategi pemanfaatan buku mulai menjadi bahasan. Fasilitator menunjukkan cara mengelola dan memajang buku dengan cara yang ramah anak, serta membacakannya dengan cara yang menyenangkan.
Membaca dengan ekspresi dan gestur menjadi kunci agar buku menjadi menarik bagi anak, sehingga mereka semakin terdorong untuk membaca.
Pada hari terakhir pelatihan juga, sejumlah peserta dipilih untuk berbagi rencana pemanfaatan buku di sekolah setelah selesai pelatihan.
Yuli Yanti, peserta dari SD Pulau Palas, Kab. Indragiri Hilir, telah menyusun rencana untuk berkoordinasi dengan guru lain untuk mengajak siswa ke perpustakaan secara rutin.
Selain itu, Jekhi Juni dari SDN 3 Senempak, Kab. Melawi juga berbagi rencana pembuatan pojok baca di sekolah.
Dengan berbagai rencana tindak lanjut yang dihasilkan dari pelatihan pemanfaatan buku ini, tenaga pendidik diharapkan dapat mengaplikasikannya dengan baik di sekolah.
Dengan begitu, hasil asesmen nasional pun diharapkan mengalami peningkatan. Sebelumnya, hasil asesmen nasional menunjukkan bahwa 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi literasi minimum.
[Redaktur: Zahara Sitio]