WahanaNews.co | Gala Siswa Indonesia (GSI) 2023 telah selesai digelar.
Kompetisi tersebut berhasil dimenangkan oleh Provinsi Lampung sebagai juara pertama. Disusul Provinsi Jawa Tengah di posisi kedua, Provinsi DI. Yogyakarta pada posisi ketiga, dan Provinsi DKI Jakarta di posisi keempat.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siap Identifikasi 9 Kerangka Tentara Jepang Korban PD II di Biak
Sementara itu, untuk pemenang Gala Siswi Indonesia adalah Juara I diraih Provinsi DKI Jakarta dan Juara II diraih Kota Bekasi.
Adapun Tim Fair Play Gala Siswa Indonesia adalah Provinsi DI. Yogyakarta.
Berikutnya, untuk pemain penyerang terbaik adalah Farrel Taraka Putra (Jawa Tengah), pemain bertahan terbaik adalah Fadhil Adgha (DI. Yogyakarta), pencetak gol terbanyak adalah M. Dhimas Aditya Wibowo (Jawa Timur), gelandang terbaik adalah Sagara Ibrahim (DKI Jakarta), serta pelatih terbaik adalah Dwi Iswandi (Lampung).
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siapkan Anggaran Rp14,69 Triliun untuk Program KIP Kuliah 2025
Kepada para peserta, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengucapkan selamat karena telah berhasil melaju ke tingkat nasional sebagai langkah awal dalam menggapai prestasi yang lebih tinggi.
Untuk menggapai cita-cita sebagai pesepak bola profesional, Nadiem mendorong para peserta GSI agar terus berlatih dan berkompetisi dengan sportif.
“Junjunglah tinggi persahabatan di antara sesama pemain dan jadilah harapan bangsa untuk membawa Indonesia pada kemajuan di masa depan khususnya di dunia sepak bola,” pesannya di Sentul, Kabupaten Bogor pada penutupan GSI Tahun 2023, dalam keterangan resmi Kemendikbudristek belum lama ini.
Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Manajemen Talenta, Tatang Muttaqin, menyampaikan rasa syukurnya karena dapat menyaksikan munculnya talenta muda berbakat di masa depan yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang sepak bola.
“Saya bangga, anak-anak bersaing dengan sportif dan kita saksikan para pemenang merupakan kelompok yang memiliki kompetensi seimbang. Ini penting dalam menunjukkan bahwa kekuatan talenta sepak bola kita semakin baik, dan merata dari berbagai provinsi,” katanya.
Dalam arahannya, Mendikbudristek mengatakan, salah satu kunci perwujudan talenta berbakat adalah kualitas ekosistem pembinaan yang berkualitas dan berkelanjutan.
GSI tingkat SMP sebagai implementasi atas Instruksi Presiden tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional merupakan upaya Kemendikbudristek dalam menjaring pelajar Indonesia yang memiliki minat terhadap sepak bola.
“Saya yakin acara ini menjadi wadah yang melahirkan bibit-bibit sepak bola. GSI juga sebagai perwujudan semangat Merdeka Belajar dalam mengembangkan potensi dan minatnya,” tutur Mendikbudristek.
GSI adalah ajang kompetisi bidang olahraga di bidang sepakbola bagi para peserta didik jenjang Sekolah Menengah Pertama yang diselenggarakan setiap tahun sekali secara berjenjang dan bertingkat sejak tingkat Kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi hingga tingkat nasional.
Ajang ini menjangkau 38 provinsi di seluruh Indonesia dan melibatkan Dinas Pendidikan dan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan di daerah.
Ajang GSI adalah salah satu ajang diantara 40 ajang talenta (di bidang riset-inovasi, seni-budaya, dan olahraga) yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek melalui Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).
GSI diselenggarakan sebagai bagian implementasi dari Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional sekaligus implementasi kebijakan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) dan implementasi dari Manajemen Talenta Nasional (MTN) di bidang olahraga.
Dalam hal ini GSI bertugas untuk mengidentifikasi bibit-bibit unggul talenta potensial untuk mendukung pencapaian olahraga prestasi sepakbola nasional melalui pembinaan atlet jangka panjang.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPTI, Asep Sukmayadi menyampaikan ucapkan selamat kepada semua pemenang Gala Siswa Indonesia Tingkat Nasional Tahun 2023.
Sedangkan yang belum berhasil agar tetap bersemangat karena seluruh peserta adalah para pemenang sejati yang telah memenagkan kesempatan untuk menjadi yang terbaik.
Asep Sukmayadi mengatakan, GSI adalah kawah candradimuka untuk menanamkan karakter kinerja dan karakter moral peserta didik yang sportif, jujur, tangguh, pekerja keras, kolaboratif, serta menumbuhkan karakter kebangsaan, patriotik, penuh persahabatan dan cinta tanah air.
Dalam laporannya, ia menyampaikan bahwa di sela-sela kegiatan, juga dilakukan coaching clinic oleh para legenda sepakbola Indonesia yang sekaligus berperan sebagai tim talent scouting dalam pelaksanaan GSI.
“Semoga semua ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama pelaksanaan GSI, dapat menjadi bekal untuk menjadi pemain nasional berkarakter unggul di masa depan,” tuturnya.
Sementara itu, Pelatih Indra Sjafri yang juga menjabat sebagai Direktur Teknik PSSI mengatakan bahwa GSI dimasukkan ke dalam gran desain sepak bola Indonesia sampai tahun 2038.
Di mana kompetisi lewat dunia pendiidkan akan menjadi tulang punggung pembinaan sepak bola Indonesia.
“Terima kasih kepada Kemendikbudristek yang secara konsisten melaksanakan GSI pertama hingga keenam. Selama pandemi kami tetap melaksanakan kompetisi secara virtual,” ucap Indra.
Ia juga menjelaskan bahwa kompetisi bukan satu-satunya dalam membina pemain sepak bola. Ada lima faktor dalam menciptakan kualitas persebakbolaan Indonesia menjadi lebih baik.
Seluruh pemangku kepentingan harus bergotong royong menyediakan 1) infrastruktur, 2) kurikulum, 3) pengembangan pelatih, 4) pengembangan pemain, dan 5) kompetisi.
“Kompetisi ini ibarat ‘Ujian Nasional’. Kalau infrastruktur, lapangan bertanding, guru yang mengajar serta kurikulumnya tidak bagus, pasti murid-muridnya tidak berkualitas. Kemudian jika murid tersebut kita uji melalui kompetisi, tentu hasilnya juga tidak bagus,” jelasnya.
Oleh karena itu, infrastruktur olah raga yang bagus perlu terus ditingkatkan di berbagai daerah.
Di mulai dari menyediakan lapangan bagus di pedesaaan karena anak-anak yang bertalenta olah raga membutuhkan banyak ruang untuk bergerak dan berolah raga. Indra berharap, dari desa akan muncul bibit pesepak bola masa depan.
“Kepada anak-anak saya berpesan, sepak bola tidak hanya tentang kalah dan menang. Banyak nilai lainnya yang bisa diambil dari sepak bola. Kemenangan yang dicapai dengan cara-cara yang tidak baik itulah kekalahan yang hakiki. Tetapi kekalahan yang kalian sudah perjuangkan dengan baik, itulah kemenangan yang sebenarnya,” tutup Indra.
[Redaktur: Zahara Sitio]