Namun setelah satu semester berjalan, Maria merasa kurang cocok. Pada akhirnya Maria memutuskan keluar.
“Saya mau tuh sekolah tuh yang kayak di IPDN, sekolah yang betul-betul profesor, yang siap grak. Tiba-tiba ke sini kok santai-santai, kayak duduk, ada tugas, (bisa) tidak buat. ‘Kan kita bisa bekerja sama dengan si dosen, dengan staf administrasi di kampus. ‘Nggak kuliah juga kayaknya bisa dapat ijazah, jadi tidak nyambung,” keluh Maria.
Baca Juga:
Jokowi: Cuma 13 Tahun Lagi Indonesia Tentukan Nasib Negara Maju atau Tidak
Kehidupan yang biasa saja membuat Maria bosan. Otaknya seperti butuh asupan. Di tengah timeline Facebook Maria yang biasanya sepi, tiba-tiba BPSDM (Badan Pengelola Sumber Daya Manusia) kota Papua membagikan tautan tentang pengumuman kursus bahasa Inggris yang bisa diikuti pegawai.
Informasi yang sangat berharga namun sayangnya tidak dibagikan secara luas apalagi disosialisasikan kata Maria. Tidak banyak berpikir, Maria yang mengetahui hal tersebut langsung mendaftarkan diri.
“Jadi kursusnya itu saya tidak tahu TOEFL itu apa, IELTS itu apa. Jadi pada saat 2015 di bulan Februari, pergi, sudah ikut saja. Kemudian dikasih tahu TOEFL. TOEFL itu paling bodoh sekali saya. Jadi nomor 45, murid terakhir dalam kelas itu saya (yang lulus) karena placement test itu pakai TOEFL. Tapi Puji Tuhan saya nomor terakhir, yang paling terakhir lolos,” kenangnya.
Baca Juga:
Menkeu: LPDP Wujudkan Mimpi Anak Indonesia
Karena hal itu pula, Maria juga mendapat kesempatan mengikuti salah satu program lainnya dari BPSDM untuk belajar bahasa Inggris di Australia. Ia menjadi salah satu dari 10 orang yang terpilih.
Pada 2015, BPSDM Papua mengadakan pameran beasiswa di mana salah satunya adalah LPDP. Minimnya informasi membuat Maria tak tahu apa itu LPDP. Salah satu persyaratan dari LPDP untuk bisa mendapatkan beasiswa saat itu adalah nilai IELTS.
“Saya sambil kursus 3 bulan itu betul-betul belajar, saya usaha harus bisa dapat (nilai) 5. Saya berjuang, ke kantor juga (membawa) buku bahasa Inggris. Jadi saya kerja, bahasa Inggris, kerja (lagi). Sampai kemudian kita tes bahasa Inggris, terus lolos,” terangnya.