WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah persaingan global yang semakin ketat dalam bidang teknologi tinggi, Indonesia tidak tinggal diam. Pemerintah kini menatap masa depan dengan membidik dua sektor strategis: semikonduktor dan kecerdasan buatan (AI).
Keduanya diyakini mampu menjadi fondasi utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Baca Juga:
Ribuan UMKM Bali Dapat Pelatihan AI, Telkom: Siap Hadapi Pasar Dunia
Indonesia akan memfokuskan upaya untuk memperkuat ekosistem industri semikonduktor dan pengembangan kecerdasan buatan.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi baru dalam beberapa dekade mendatang.
“Semikonduktor dan AI akan menjadi salah satu engine of growth yang akan dikembangkan dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini Indonesia sudah menjadi kekuatan terbesar di ASEAN di sektor ekonomi digital,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam forum diskusi bertajuk Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Semikonduktor dan Kecerdasan Buatan di Indonesia yang digelar di kantor Kemenko Perekonomian, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Hadiri Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 di Belgia, Dewan Pers Sebut AI Peluang Sekaligus Ancaman
Airlangga menegaskan bahwa pengembangan semikonduktor dan AI merupakan bagian integral dari strategi penguatan ekonomi digital nasional, yang juga berbasis pada inovasi dan teknologi.
Ia mengungkapkan, nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai 150 miliar dolar AS.
“Sementara di kawasan ASEAN nilainya sekitar satu triliun dolar, dan melalui kerangka kerja ekonomi digital (digital economy framework), nilai itu bisa meningkat menjadi dua triliun dolar. Dengan begitu, peluang ekonomi digital Indonesia pada tahun 2030 diprediksi bisa mencapai 600 miliar dolar,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa Indonesia telah memiliki pusat data (data center) yang berlokasi di Kawasan Industri Khusus Nongsa, Batam.
Lokasi ini dipersiapkan untuk mendukung pembangunan ekosistem semikonduktor dan kecerdasan buatan secara lebih terpadu.
“Strategi utama dalam pengembangan semikonduktor adalah fokus pada desain chip, yang tentunya memerlukan sumber daya manusia (SDM) berkualitas tinggi. Karena itu, Indonesia menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi internasional dan dunia usaha,” lanjut Airlangga.
Selain aspek teknis, pemerintah juga mendorong kerja sama internasional dalam bidang perdagangan dan investasi yang berkaitan langsung dengan sektor semikonduktor dan AI.
Salah satu bentuk konkret adalah program pemberian beasiswa bersama untuk jenjang pendidikan S1, S2, dan S3.
“Termasuk juga pelatihan vokasi untuk membangun kompetensi teknis di bidang ini. Pemerintah turut mendorong kolaborasi internasional dalam riset, pengembangan inovasi, dan alih teknologi,” tegasnya.
Airlangga meyakini bahwa industri semikonduktor dan kecerdasan buatan akan menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju 2045.
Dengan kehadiran dua sektor strategis ini, diharapkan produktivitas nasional meningkat, daya saing global makin kuat, dan nilai tambah di sektor-sektor unggulan bisa tercipta secara berkelanjutan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]