• Big Lots
Pengecer diskon ini mengajukan kebangkrutan pada September setelah menyatakan ada "keraguan besar" terhadap kelangsungan bisnisnya.
Kesepakatan penjualan kepada firma ekuitas swasta gagal, menyebabkan Big Lots harus menutup 963 toko yang tersisa.
Baca Juga:
Bangkrut! Joann Inc. Tutup 800 Toko Setelah 82 Tahun Beroperasi
• Bowflex
Perusahaan peralatan gym rumahan ini mengajukan kebangkrutan pada Maret dan kemudian diakuisisi oleh perusahaan asal Taiwan seharga US$37,5 juta dalam bentuk tunai.
• Express
Merek fashion yang dulu populer di pusat perbelanjaan ini bangkrut pada April akibat kesalahan strategi produk. Hampir 100 gerai ditutup, sementara merek ini dijual kepada konsorsium yang dipimpin WHP Global pada Juni.
• Joann
Pengecer kain dan kerajinan berusia 81 tahun ini mengajukan kebangkrutan pada Maret akibat melemahnya daya beli konsumen. Meskipun demikian, perusahaan tetap mempertahankan 850 tokonya setelah merestrukturisasi utang.
Baca Juga:
KSP3 Nias Diisukan Bangkrut, Ketua Pengurus: Tidak Benar, Kegiatan Berjalan Normal
• LL Flooring
Dulu dikenal sebagai Lumber Liquidators, pengecer perlengkapan rumah ini mengajukan kebangkrutan pada Agustus. Lesunya pasar renovasi rumah dan properti membuat perusahaan ini terpaksa menutup 94 gerai sebelum akhirnya diselamatkan oleh firma ekuitas swasta.
• Party City
Pengecer perlengkapan pesta ini mengalami tekanan finansial akibat inflasi dan utang besar senilai US$800 juta. Perusahaan mengajukan kebangkrutan pada Desember dan akan menutup sekitar 700 toko pada awal 2025.
• Red Lobster
Jaringan restoran seafood terbesar di dunia ini mengajukan kebangkrutan pada Mei akibat kurangnya investasi dalam pemasaran, layanan, dan perbaikan restoran. Lebih dari 100 lokasi ditutup sebelum perusahaan mendapatkan pemilik dan manajemen baru yang kini berupaya membangkitkan kembali bisnisnya.