WahanaNews.co, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa potensi penyerapan beras pada bulan April diperkirakan mencapai 4,9 juta ton, yang berarti produksi tersebut dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketersediaan beras dalam negeri.
“Bulan ini (potensi) panen padi 4,9 juta ton setara beras, Yang kemarin bulan lalu (Februari) dari 3,5 juta ton naik 3,8 juta ton (pada Maret),” kata Arief di sela halalbihalal bersama awak media di Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Baca Juga:
Bulog Bali Alokasikan 15 Ribu Ton Beras Hingga Juni 2024 untuk Program Pangan
Dia menyampaikan angka itu berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Selanjutnya panen padi pada Mei juga diperkirakan mencapai 3 juta ton setara beras. Angka ini menurun dari prediksi pada bulan April.
“Bulan ini itu panen 4,9 juta ton bulan depan (Mei) sekitar 3 juta ton. Itu waktunya kita semua untuk serap. Nah sekarang semua on kembali kita siap serap, termasuk Bulog,” ujar Arief.
Arief menerangkan penyerapan beras petani secara nasional pada Maret mengalami kenaikan sebesar 300 ribu ton dari bulan sebelumnya. Dari 3,5 juta ton menjadi 3,8 juta ton. Meski begitu, dia menilai bahwa jumlah panen pada Maret seharusnya bisa lebih dari 3,8 juta ton, bila wilayah Kabupaten Demak tidak terdampak banjir.
Baca Juga:
Bakamla RI Selenggarakan 9th Review Meeting on MoU Common Guidelines RI-Malaysia
Dia menjelaskan akibat adanya banjir yang melanda wilayah Kabupaten Demak di Jawa Tengah pada awal Maret 2024, mengakibatkan panen padi berkurang sebanyak 200 ribu ton akibat sebagian sawah di daerah tersebut terendam banjir, bahkan ada yang puso.
“Sekarang kan lagi panen, bulan lalu 3,8 juta ton dari 3,5 juta ton. Jadi malah naik 300 ribu ton. Kemudian dikurangi banjir Demak dan lain lain itu sekitar 17.000 hektare, itu ekuivalen dengan 200 ribu ton,” ujar Arief pula.
Bapanas mencatat saat ini stok beras di gudang Bulog secara nasional mencapai 1.231.434 ton per 16 April 2024. Stok tersebut masih kurang dari yang diinginkan Presiden Joko Widodo, dimana stok Bulog minimal mencapai 3 juta ton.