WAHANANEWS.CO, Jakarta - Raksasa baterai mobil listrik Eropa, Northvolt, mengejutkan industri otomotif dengan mengajukan kebangkrutan di Swedia.
Ketua Northvolt, Tom Johnstone, mengungkapkan bahwa keputusan ini tak terelakkan akibat utang perusahaan yang terus membengkak, memaksa mereka mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11 di Amerika Serikat.
Baca Juga:
lmuwan Ungkap 'Penyelamat' Bumi dari Krisis Iklim
“Kami menghadapi keputusan yang sangat sulit, tetapi ini adalah satu-satunya jalan realistis,” ujar Johnstone, dikutip dari Reuters, Kamis (13/3/2025).
Northvolt gagal mengamankan pendanaan untuk meningkatkan produksi di pabrik utama mereka, sementara utang perusahaan telah menembus US$8 miliar.
Padahal, sejak berdiri pada 2016, perusahaan ini telah menerima lebih dari US$10 miliar dalam bentuk ekuitas, utang, dan dana publik.
Baca Juga:
Kekurangan Tenaga Kerja di Eropa Makin Parah, 15 Negara Ini Paling Terdampak
Tahun lalu, Northvolt sempat memperoleh pinjaman hijau senilai US$5 miliar.
Namun, dana tersebut batal dikucurkan setelah perusahaan gagal memenuhi target peningkatan produksi di Skelleftea, Swedia.
Kebangkrutan Northvolt menjadi pukulan telak bagi ambisi Eropa dalam mengembangkan industri baterai kendaraan listrik dan mengurangi ketergantungan pada China.
Selain itu, 5.000 pekerja kini terancam kehilangan pekerjaan, yang bisa berdampak negatif terhadap perekonomian Eropa.
Meski demikian, masih ada secercah harapan bagi Northvolt. Unit bisnis mereka di Amerika Utara, Jerman, dan Polandia dilaporkan tidak terdampak oleh kebangkrutan ini.
Profil Northvolt
Northvolt didirikan pada tahun 2016 oleh Peter Carlsson, mantan eksekutif Tesla, dengan tujuan membangun ekosistem produksi baterai berkelanjutan di Eropa.
Perusahaan ini berfokus pada pengembangan dan manufaktur baterai lithium-ion berkinerja tinggi untuk kendaraan listrik serta penyimpanan energi.
Northvolt dikenal sebagai salah satu pesaing utama produsen baterai Asia seperti CATL dan LG Energy Solution.
Perusahaan ini sempat menarik perhatian global dengan proyek pabrik baterai raksasa di Swedia dan investasi besar dari Volkswagen, BMW, serta investor lain.
Sebagai bagian dari strategi hijau Eropa, Northvolt juga berkomitmen untuk menggunakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan mendaur ulang baterai bekas guna menciptakan rantai pasokan yang lebih berkelanjutan.
Namun, tantangan keuangan dan hambatan produksi akhirnya membuat perusahaan ini harus menghadapi kebangkrutan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]