“Munculnya ide itu terkait ide shortage (kurangnya) reefer container baik angkutan dalam negeri maupun ekspor. Yang kedua terkait freight cost-nya. Kalau kita mengejar ekspor untuk devisa, di sisi lain belanja modal kita keluar lagi melalui impor. Jadi devisa yang kita kejar malah kita keluarkan lagi. Padahal kolaborasi riset teknologi dan beberapa pelaku usaha sebenarnya terkait cikal bakal bagaimana teknologi itu dikembangkan dan dukungan pemerintah untuk scale up nya bisa kita lakukan,” jelas Amalyos.
Ke depan, menurut Amalyos, pihaknya akan banyak menggali inovasi selain yang dilakukan oleh PT INKA (Persero). Amalyos beranggapan bahwa banyak sekali inovasi baik terkait dengan produksi/ main core bisnis-nya terkait kereta apinya, orientasi ekspor, dan sekarang bicara tentang kendaraan listrik yang juga didukung dengan baterai lithium.
Baca Juga:
Korupsi Dana Talangan PT INKA, Kejati Jatim Tetapkan Eks Dirut Tersangka
Dari sisi reefer container yang sekarang sudah diproduksi (1 ton, 5 ton, dan 20 ft), Direktur Pengembangan PT INKA (Persero) menjelaskan bahwa target utamanya adalah Tingkat Kandungan Dalam negeri (TKDN) yang sudah mencapai 60% dari target minimal TKDN yakni 40%. [JP]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.