WahanaNews.co | Para delegasi Agriculture Ministers Meeting (AMM) G20 diajak Kementerian Pertanian (Kementan) mengunjungi Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali yang menjadi World Heritage.
Dalam kesempatan itu, Kementan memperkenalkan praktik pertanian berkelanjutan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim ekstrim.
Baca Juga:
Kementan Paparkan Tata Cara Pendaftaran dan Kriteria Jadi Anggota Brigade Swasembada Pangan
Kegiatan kunjungan ini merupakan penutup rangkaian AMM G20 Indonesia tahun 2022 di Pulau Dewata yang berlangsung pada 27-29 September.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan), Kasdi Subagyono mengatakan Desa Jatiluwih merupakan salah satu daerah yang memiliki sawah terasering terbesar dan penghasil beras berkualitas tinggi. Desa ini dengan rice terrace atau subak yang dimilikinya telah dinobatkan sebagai objek agrowisata kelas dunia dan diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
"Kita sama=sama datang di Subak Jatiluwih mengundang semua delegasi Agriculture Ministers Meeting untuk bersama-sama kita hadiri ini memperkenalkan bahwa tempat ini sangat luar biasa. Selain sudah disampaikan bahwa ini adalah heritage dari UNESCO sejak tahin 2012," kata Kasdi yang mewakili Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada kegiatan Field Trip tersebut, Kamis (29/9).
Baca Juga:
Presiden Prabowo Ajak KTT G20 Entaskan Kelaparan, Mentan Amran Gerak Cepat Bentuk Brigade Swasembada Pangan
Kasdi menambahkan lahan pertanian di Desa Jatiluwih menerapkan sistem pertanian berbasis budaya yang ramah lingkungan. Desa ini juga menerapkan pertanian yang dapat mengantisipasi perubahan iklim (climate change) dengan sistem irigasi yang baik sehingga ketersediaan air selalu terjaga.
Kemudian tempat ini juga merupakan lahan yang sudah dimodifikasi dari plotting area, dimana lahan yang kemiringan diubah menjadi teras.
"Dan lebih penting lagi terasnya digunakan untuk budidaya padi. Kalau biasanya di daerah Jawa atau di manapun yang dominan adalah lahan kering," terangnya.