WahanaNews.co | Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian, Inti Pertiwi Nashwari mengungkapkan, hampir 50 persen pekerja sektor pertanian di negara berkembang adalah perempuan.
Hanya, mereka terbatas karena adanya hambatan struktural dan kultural terhadap akses pengetahuan, keterampilan, hingga permodalan.
Baca Juga:
Momen CFD, Pj Wali Kota Bekasi Kampanyekan Stop Kekerasan Perempuan dan Anak
"Adanya tradisi di kalangan keluarga petani untuk mewariskan ilmu dan usaha tani ke generasi laki-laki membuat posisi dan pengaruh mereka lebih dominan di sektor pertanian," katanya dalam acara bertajuk Women Leaders on Economic Empowerment, Kamis (21/4/2022).
Padahal, kata dia, wanita tani sering kali memiliki tanggung jawab yang berat, mulai dari mengasuh anak, mengerjakan urusan rumah tangga, sekaligus membantu suaminya bekerja di ladang. Ironisnya, mereka kerap kali dibayar lebih rendah atau bahkan tanpa upah.
"Wanita bisa menjadi agen perubahan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut bila diberdayakan dan diberikan kesempatan yang setara," kata dia.
Baca Juga:
G2C2: Perempuan Muda Hadapi Krisis Iklim
Atas dasar itu, ia ingin dalam berbagai diskursus dan proses pengambilan kebijakan, sudah selayaknya memakai perspektif yang peka dan responsif terhadap gender.
Pada kesempatan sama, Direktur Keuangan dan Administrasi PT Elnusa Petrofin, Hanny Retno Hapsari pun memberikan beberapa tips agar wanita Indonesia berani untuk menunjukkan kemampuannya. Pertama harus mengetahui diri sendiri.
Kemudian tidak kalah penting mencari support system yang selalu memberikan dampak positif, membangun jejaring, mencari mentor sesuai dengan bidang masing-masing, dan investasi dalam diri sendiri.