WahanaNews.co | Sebagai negara agraris dan maritim, idealnya Indonesia memprioritaskan industri berbasis pertanian. Langkah tersebut bisa mendorong Indonesia menjadi negara yang kuat dan bahkan berorientasi ekspor.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, Indonesia memilik tanah yang subur, dengan begitu hasil pertanian sangat berlimpah di Indonesia.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Sektor pertanian juga memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong pemulihan ekonomi indonesia, menciptakan lapangan kerja dan memastikan ketersediaan pangan dengan harga yang stabil.
"Industri pangan olahan juga sangat bergantung pada sektor ini untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksinya bahkan sebagian masih impor," ujar Adhi, dalam acara jelang Pameran Agri Food Tech Expo Asia (AFTEA), Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Dalam data, industri pangan olahan masih mencatatkan pertumbuhan positif di tahun 2021 yaitu sebesar 2,54 persen. "BPS juga ungkapkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) sektor pangan olahan pada tahun 2021 sebesar Rp 775,1 triliun yang meningkat 2,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya," jelas dia.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Lebih lajut, industri pangan berbasis pertanian semakin berkembang pesat dan terus tumbuh baik untuk memenuhi permintaan pasar lokal maupun ekspor.
"Maka pameran AFTEA menjadi penting bagi industri pangan Indonesia untuk melihat perkembangan teknologi pertanian serta saling berdiskusi dengan mitra untuk mendukung pertumbuhan industri," ujar dia.
Sebagai informasi, pameran industri pangan berbasis pertanian, Agro-Food Tech Expo Asia (AFTEA) yang akan digelar pada 26-28 Oktober di Singapura, constellar selaku penyelenggara AFTEA menggelar roadshow di Jakarta dengan mengusung tema "Ag-Volution For The Future".
Pekerja melintas di depan tumpukan beras milik Perum Bulog di kawasan Pulo Mas, Jakarta, Kamis (26/11/2020). Kementan kembali memastikan bahwa meski tengah dilanda pandemi Covid-19 pasokan beras hingga akhir tahun masih ada stok beras sebanyak 7,1 juta ton. (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Presiden Joko Widodo menerima penghargaan Certificate of Acknowledgement dari Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) atas keberhasilan Indonesia dalam mencapai swasembada beras.
IRRI telah memberikan pengakuan terhadap sistem pertanian dan pangan yang tangguh serta swasembada beras yang dicapai Indonesia pada 2019-2021.
Dalam sambutannya, di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (14/8), Jokowi mengungkapkan prestasi ini tidak lepas dari upaya dan kerja keras semua pihak terutama para petani, dan seluruh stakeholder terkait untuk terus meningkatkan produksi beras, sehingga sudah tiga tahun lamanya sejak 2019, Indonesia tidak pernah mengimpor lagi beras.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, utamanya kepada pelaku riil yang bekerja di sawah, para petani di Indonesia atas kerja kerasnya, tentu saja para Bupati, Gubernur, Kementan yang semuanya bekerja sama dengan riset-riset dari perguruan tinggi yang kita miliki, ini adalah kerja yang terintegrasi, kerja bersama, gotong royong,” kata Jokowi.
Produksi Beras Domestik
Presiden menjelaskan, selama tiga tahun terakhir produksi beras di Tanah Air cukup konsisten berada di level 31,3 juta ton. Selain itu, berdasarkan data dari Badan pusat Statistik (BPS) pada April 2022, Indonesia mempunyai stok cadangan beras yang berada di level tertinggi hingga mencapai 10,2 juta ton. Menurutnya, konsistensi produksi beras inilah yang dilihat baik oleh IRRI maupun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO.
“Inilah yang menyebabkan kenapa pada hari ini, diberikan kepada kita sebuah sertfikat bahwa Indonesia dinilai memiliki sistem ketahanan pangan yang baik, dan sudah swasembada pangan,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Jokowi kembali menegaskan komitmen pemerintah untuk terus berupaya mewujudkan swasembada pangan terutama beras.
Sejak tahun 2015, kata Jokowi, pemerintah telah membangun infrastruktur untuk mendukung sektor pertanian. Hal tersebut terlihat dari upaya pemerintah yang sudah membangun 29 bendungan besar yang berguna bagi pengairan persawahan.
Ia berjanji, akan ada 38 bendungan besar lainnya yang akan diselesaikan pada tahun ini. Selain itu, hingga tahun 2024, Jokowi menyatakan akan membangun 61 bendungan besar lainnya, dan 4.500 embung.
Mantan wali kota Solo ini juga mengklaim telah membangun 1,1 juta jaringan irigasi selama ia memimpin negeri ini.
Jokowi pun berambisi Indonesia kelak bisa menjadi eksportir beras. Namun di sisi lain, Jokowi juga berharap Indonesia tidak lagi bergantung pada beras, dan sebaliknya mulai menggalakkan program diversifikasi pangan.
“Diversifikasi pangan, hati-hati kita tidak hanya tergantung pada beras, tetapi harus kita mulai untuk jenis-jenis bahan pangan lainnya. Telah kita mulai kemarin di Waingapu, NTT, misalnya sorgum, kemudian di beberapa provinsi jagung, juga besar. Yang dulu tujuh tahun yang lalu kita harus impor 3,5 juta ton jagung, hari ini kita hanya impor jagung kira-kira 800 ribu ton,” jelasnya.
Dengan lonjakan produksi jagung ini, ia berharap Indonesia juga bisa mencapai swasembada jagung dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun mendatang.
“Di tengah ancaman krisis pangan di tingkat global, sekali lagi pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi, menjamin ketercukupan pangan di dalam negeri, dan sekaligus memberikan kontribusi bagi kecukupan pangan dunia,” tegasnya. [qnt]