WahanaNews.co | Kementerian Pertanian mengungkapkan, perang Rusia-Ukraina tak hanya berdampak pada komoditi impor yang dibutuhkan Indonesia, melainkan juga ekspor.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menekankan Indonesia selama ini menjadi negara pengekspor hasil perkebunan kepada dua negara tersebut.
Baca Juga:
Lindungi Industri dan UMKM, Mendag Musnahkan Produk Impor Senilai Rp5,3 Miliar
"Indonesia mengekspor komoditas perkebunan ke Rusia. Selain itu juga mengekspor komoditas perkebunan ke Ukraina," katanya dalam diskusi bertajuk "Pahit di Hati Manis di Buah Naga" di Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Dedi menyebutkan, beberapa komoditi yang di ekspor meliputi palm oil (sawit), kakao hingga kopi. Sehingga menurutnya, dengan adanya perang maka mempengaruhi kegiatan-kegiatan dagang Indonesia tersebut, termasuk negara-negara lain yang memiliki hubungan dengan Rusia-Ukrania.
Di sisi lain, Indonesia membutuhkan komoditi dari dua negara tersebut, seperti gandum, sayuran, hingga bahan baku pupuk.
Baca Juga:
Permendag Nomor 8 Tahun 2024 Membuat Industri Plastik Terancam Terpuruk
"Sebut saja kita ekspor sawit, kita ekspor kakao, kopi kesitu, dan sebaliknya kita juga impor gandum dari Rusia-Ukraina, bahkan dari Ukraina bukan hanya gandum tapi juga sayur-sayuran, dari Rusia kita impor bahan baku pupuk," papar dia.
Dedi menegaskan, kondisi ini menjadi satu dari banyak tantangan yang dihadapi oleh dunia. Dengan demikian kata dia pertanian Indonesia harus bisa beradaptasi dengan situasi tersebut, salah satu caranya dengan melakukan subtitusi pada komoditi yang masih impor.
Seperti mengganti gandum dengan sagu, mengganti tepung yang berasal dari gandum dengan tepung singkong. Hingga mengganti mie dari gandum dengan mie dari umbi-umbian dan sebagainya.
"Jadi subtitusi pangan impor. Dan itu harus kongkrit," ucapnya. [rin]