Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa program ini merupakan bukti nyata kehadiran negara dalam mewujudkan keadilan energi di seluruh pelosok Nusantara.
Dalam sambutannya pada agenda 'Merdeka dari Kegelapan" di Desa Winebetan, Kecamatan Langowan Selatan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara pada Kamis (30/10/2025), Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa program ini sangat penting untuk memastikan kehadiran negara dalam mewujudkan keadilan energi di seluruh pelosok Tanah Air.
Baca Juga:
Defisit 40 MW Tak Halangi PLN Percepat Pemulihan Kelistrikan Aceh
“Sekali lagi saya perintahkan, agar 2029 sampai 2030, semua desa, semua kelurahan, sudah harus ada listrik. Tidak boleh lagi kita biarkan anak-anak kita. Masa depan bangsa, tidak merasakan fasilitas yang layak untuk mereka bisa sekolah baik, bisa kesehatan baik, ya kemudian bisa ekonominya baik. Agar nelayan yang bisa juga menangkap ikan dan hasilnya bisa terjaga dan bisa dijual dengan harga yang baik," ujar Bahlil.
Bahlil juga menegaskan bahwa daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) menjadi fokus utama pemerintah dalam pemerataan kelistrikan.
Ia memastikan seluruh sumber daya dan anggaran diarahkan untuk menuntaskan wilayah-wilayah yang belum teraliri listrik.
Baca Juga:
PLN Minta Maaf, Pemulihan Listrik Aceh Terhambat Kerusakan Masif Pascabencana
“Maka dalam momen kesempatan yang berbahagia ini, saya meminta kepada Dirjen EBTKE dan Dirjen Listrik dan PLN. Anggarannya sudah ada. Saya minta prioritaskan semua daerah-daerah 3T. Selesaikan dulu," tegasnya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi program BPBL tahun 2024 mencapai 155.429 rumah tangga, sementara hingga September 2025 sudah 135.482 rumah tangga yang menikmati sambungan listrik dari target 215.000 rumah tangga pada akhir tahun.
Secara nasional, Rasio Elektrifikasi Indonesia per Semester I 2025 mencapai 98,53 persen, menunjukkan bahwa hampir seluruh rumah tangga telah menikmati aliran listrik.