WahanaNews.co | Goldman Sachs memprediksi meningkatnya kemampuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam menaikkan harga tanpa menekan permintaan akan membatasi potensi penurunan harga minyak dunia tahun ini.
Bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global mencapai angka 2,7 juta barel per hari pada 2023.
Baca Juga:
Luhut: Impor Minyak dari Rusia? Kenapa Tidak, jika Menguntungkan!
Kondisi itu mendorong pasar mengalami defisit pada paruh kedua dan menaikkan harga minyak Brent menjadi US$105 per barel pada kuartal keempat tahun ini.
OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, sebelumnya setuju untuk tetap berpegang pada rencana Oktober lalu untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari dari November hingga 2023.
"Namun, jika pasar ternyata lebih lemah, maka OPEC dapat mempertahankan pemotongan Oktober atau memangkas produksi lebih jauh mengingat kekuatan harga yang signifikan," kata Goldman Sachs, dikutip Reuters, Selasa (12/1).
Baca Juga:
Ketegangan Israel-Iran Picu Kenaikan Harga Minyak Hingga 4%
Kekuatan harga OPEC tumbuh "luar biasa tinggi" dalam beberapa tahun terakhir dengan pembentukan OPEC+, yang meningkatkan pangsa pasar blok 13 negara dengan sekutu penghasil minyaknya.
Selain itu, pasokan alternatif untuk OPEC, seperti AS, bergulat dengan elastisitas harga yang rendah dan kapasitas cadangan yang terbatas, sementara permintaan tetap sedikit berubah di pasar energi global yang berebut untuk mengganti minyak.
Sementara itu, analis ING Ewa Manthey memperkirakan tahun ini minyak masih diwarnai ketidakpastian. Pasalnya, investor pada 2023 ia perkirakan terus mengambil pendekatan yang hati-hati karena mewaspadai kenaikan suku bunga dan kemungkinan resesi.