"Banyak volatilitas yang terjadi," katanya.
Di sisi lain, analis dari Again Capital LLC di New York John Kilduff mengatakan permintaan dan pertumbuhan permintaan minyak masih akan jadi pertanyaan investor usai sejumlah bank sentral secara agresif menaikkan bunga acuan demi menanggulangi lonjakan inflasi yang terjadi belakangan ini.
Baca Juga:
Luhut: Impor Minyak dari Rusia? Kenapa Tidak, jika Menguntungkan!
Sementara itu, melansir CNN Indonesia, sebuah survei terhadap 30 ekonom dan analis memperkirakan harga minyak Brent tahun ini mencapai rata-rata US$89,37 per barel atau 4,6 persen lebih rendah dari konsensus dalam survei November.
Lalu, harga minyak mentah AS diproyeksikan rata-rata US$84,84 per barel pada 2023, turun dari pandangan ekonom sebelumnya. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.