Keempat, nilai tukar dolar AS yang sangat kuat sehingga menimbulkan tekanan depresiasi terhadap berbagai mata uang dunia termasuk rupiah.
Kelima, cash is the king. Para investor global krna tingginya persepsi risiko menarik dananya dari emerging markets ke aset likuid untuk menghindari risiko.
Baca Juga:
Polisi Sebut Ibu Bikin Konten Lecehkan Anak Kandung di Tangerang Dijanjikan Rp15 Juta
Untuk menghadapi gejolak global, Perry mengajak semua pihak agar memperkuat sinergi dan kolaborasi, kerja sama, bersatu padu dan bersama jaga momentum pemulihan ekonomi.
Ia menyatakan sinergi adalah kata kunci untuk ketahanan, pemulihan, dan kebangkitan ekonomi nasional. "Itu telah terbukti selama kita mengatasi pandemi. Kita terhindar dari krisis ekokomi berkat sinergi erat antara BI pemerintah dan KSSK," kata Perry.
Suku bunga The Fed bakal tembus 5 persen
Baca Juga:
Sri Mulyani Bicara Terkait Performa Baik APBN Ditengah Dinamika Global
Lebih jauh Perry memperkirakan suku bunga The Fed bakal mencapai 5 persen untuk meredam lonjakan inflasi di negara itu. “FFR (Fed Funds Rate) bisa mencapai 5 persen untuk merespons inflasi dan akan tetap tinggi selama 2023,” tuturnya.
Di tengah ancaman ketidakpastian perekonomian global itu, Perry tetap yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, dengan pertumbuhan mencapai kisaran 4,3 hingga 5,3 persen pada 2023.
“Selain ekspor, konsumsi dan investasi akan menjadi daya dukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, juga didukung oleh program hilirisasi, pembangunan infrastruktur, masuknya modal asing dan berkembangnya pariwisata,” ucap Perry. [rgo]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.